Ada sesuatu yang menenangkan sekaligus memusingkan tentang Yosiel. Ia adalah hukum yang selalu menuntut keadilan, sekaligus melodi yang tak pernah berhenti bernyanyi di pikiranku. Di mataku, ia seperti dua dunia yang bertabrakan-anak band dengan nada yang merdu, tapi juga anak hukum dengan prinsip yang tegas. Kami bertemu kembali di senja yang penuh nada, di sebuah kafe kecil dengan lampu temaram dan suara gitar yang mengisi kekosongan udara. Hari itu, Yosiel berdiri di panggung kecil dengan gitarnya, dan aku di sudut ruangan, merasa dunia telah berhenti berputar hanya untuk mempertemukan kami. Namun cinta kami seperti refrain yang tak pernah sampai ke chorus. Ada jeda yang terlalu lama, ada melodi yang tak selaras, ada perasaan yang tak mampu kami paksakan untuk menjadi satu. Kini, aku berdiri di ujung cerita kami, memutar kembali setiap memori seperti lagu lama yang sering ia mainkan. Tidak semua cinta dirancang untuk bertahan, tapi iyos... ia akan selalu menjadi lagu favoritku, meski tak pernah selesai.