Aku tak tau harus bagaimana lagi. Setiap hari, aku memikirkan, kapan aku akan bebas? Sampai kapan aku dikekang seperti ini? "Aku ga bakalan kemana-mana. Aku cuma mau setoran hafalan kimia doang, itu syarat untuk ikut ujian kimia," bujukku tapi tetap saja mendapat penolakan. Sambil menatap handphonenya, ayahku tidak mengizinkan dengan tegas, "Hari libur ya hari libur! Ga usah kemana-mana. Ayah tau kegiatannya anak muda sekarang." Huh ... padahal itu mereka. Aku dan mereka ya jelas tidak sama. Aku juga tau batasanku. Rasanya ingin sekali meneriakkan kalimat itu di depannya tapi rasa takut selalu saja menahanku. Tidak lucu kan? Kalau saja hp yang ia pegang tiba-tiba melayang di kepalaku atau sabuk pinggang yang ia kenakan ia buka dan dicambukkan padaku. Bisakah aku mendapatkan kebebasan sekali saja? Aku ingin sekali merasakan bagaimana sensasi canda tawa bersama teman di cafe. Bagaimana rasanya berteriak dan bersembunyi di balik teman ketika ada hantu di rumah hantu pada malam hari. Duduk di pinggir pantai, menatap matahari terbenam dan ombak yang terus berderai. Memang, itu adalah hal yang membosankan bagi beberapa orang. Tapi, aku tak pernah. Aku ingin kebebasan. Dalam hal berpakaian saja diatur. Pertemanan, diatur. Keluar dari rumah harus dengan alasan yang jelas. Menyebalkan sekali.All Rights Reserved
1 part