Dalam novel ini, Efir, seorang pemuda yang duduk di bangku kelas 3 SMK, berusaha mengatasi kenangan akan cinta pertamanya yang penuh harapan dan kekecewaan. Cinta pertama Efir, Nay, hadir dengan segala keceriaan dan impian masa depan, namun hubungan mereka tak bertahan lama. Setelah berpisah, Efir merasakan betapa sulitnya melepaskan diri dari bayang-bayang Nay yang terus menghantuinya, meski sudah berusaha untuk melanjutkan hidup dan mencari cinta baru.
Perjalanan Efir mengajarkan kita tentang bagaimana rasa cinta yang mendalam bisa berubah menjadi luka yang tak mudah disembuhkan. Meskipun Efir berusaha melupakan Nay dengan mencoba membuka hati untuk wanita lain, dia merasa tak pernah bisa sepenuhnya move on. Perasaan yang masih tersisa dan harapan yang tak kunjung padam membuat Efir terkadang merasa terjebak dalam kenangan yang tak bisa dilupakan.
Namun, di tengah perjuangannya, Efir juga belajar untuk menerima kenyataan, memahami bahwa cinta pertama bukanlah akhir dari segalanya. Seiring berjalannya waktu, meski tak pernah benar-benar melupakan Nay, Efir menemukan cara untuk lebih ikhlas dan fokus pada masa depan yang masih panjang. Novel ini menggambarkan betapa cinta pertama bisa meninggalkan jejak yang mendalam, namun juga mengajarkan kita tentang pentingnya merelakan dan menerima perubahan.
Dengan gaya penulisan yang puitis dan penuh refleksi, "Pada Akhirnya" membawa pembaca dalam perjalanan emosional yang penuh cinta, kehilangan, dan pengampunan. Sebuah cerita tentang bagaimana kita tumbuh dan belajar meski melalui kesakitan, dan akhirnya menemukan kedamaian dalam hati yang telah menerima kenyataan.