Rumah Tanpa Suara [ PENDING ]

"Orang-orang kok bisa genrenya romance, ya. Gue kebagian komedi-angst. Soalnya kalau nggak banyak ketawa, ya, banyak nangisnya."
-Abyaz Jiwan A.

"Ternyata bener kata kakek. Kebanyakan ketawa endingnya pasti nangis."
-Erlian Sabda Bumantara

"Tetaplah bertahan, di era banyak orang ingin mengakhiri hidup sendiri."
-Faris Jayendra Nawasena

•••

Tentang hidup pasti selalu akan merasakan kehilangan dan ditinggalkan. Entah itu ketika harus kehilangan orang tersayang. Atau bahkan kehilangan diri sendiri. Sebuah sakit yang mungkin sulit di temukan penawarnya.

Dan dalam cerita Ayaz, mengapa dia harus merasakan sakitnya ditinggalkan sang wanita kesayangan? Pergi tanpa ada kata 'pamit' adalah satu hal yang dibencinya. Sebab perpisahan dengan kata 'selamat tinggal' pun sudah pasti menyakitkan.

Kehilangan sosok ibu yang tak diduga membuat jungkir balik dunianya. Sosok yang menjadi tujuan Ayaz di beri bahagia telah jauh dari pandangannya. Figur sebagai tumpuan hidupnya untuk tetap baik-baik saja sudah terpisah dunia yang berbeda.

Hidupnya terasa kembali datar. Seperti sebuah kapal tanpa pelabuhan. Begitupun Ayaz, kehilangan arah dan tujuan. Rumah sepi, raga diam, tapi kepala berisik menanyakan, 'hidupmu itu untuk apa?'

•••

S L O W U P D A T E ! !
F O L L O W D U L U A K U N S A Y A !

makan ketupat keripik kaca,
jangan plagiat ya yang baca.