Danu, seorang mahasiswa seni rupa, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah sejak ia bertemu dengan Sinta, seorang tuna rungu. Awalnya, pertemuan mereka sederhana-Danu meminjam buku, Sinta menyapa dengan senyuman. Namun, perlahan Danu terpikat oleh kehangatan dan ketulusan Sinta, meskipun mereka berbicara dengan cara yang berbeda.
Danu yang tidak paham bahasa isyarat mulai belajar dengan penuh kesungguhan, sementara Sinta, yang selalu merasa "terbatas" di dunia orang dengar, mulai membuka diri terhadap perhatian yang diberikan Danu. Namun, kisah cinta mereka tak semulus bayangan. Mereka menghadapi tantangan berupa perbedaan cara komunikasi, penerimaan keluarga, dan bagaimana mereka saling memahami dunia satu sama lain.
Melalui perjalanan cinta ini, Danu dan Sinta belajar bahwa cinta bukan tentang sempurna, melainkan tentang usaha memahami dan menerima.
Bagi Dipta dan Nataya, berada diperingkat satu saat masa sekolah membuat mereka berdua berpikir kalau mereka cukup pintar dan jenius dalam belajar. Tapi siapa yang menyangka bahwa keduanya sangatlah payah dalam hal percintaan, dimana sangat terlihat bodoh dan oon seketika.
Dipta berkali-kali meyakinkan hatinya untuk jatuh hati pada satu wanita itu, namun dirinya selalu dibuat ragu oleh pikirannya sendiri juga. Sehingga Dipta harus berjalan sangat lamban sampai hatinya, sudah tidak ragu lagi akan tujuannya yang sesungguhnya.
Nataya, dibuat bingung dan tak mengerti kenapa laki-laki itu terus datang namun juga menghilang bersamaan. Nataya, mencoba menghapus pikirannya yang mulai merasa percaya diri, dan dirinya berusaha untuk acuh karena jika apa yang dia pikirkan tidak sesuai kenyataan, yang ada itu akan menyakitinya saja.
Lalu apa keduanya akan menemukan titik terang, mungkin iya.