Langit pagi menyambut lembut dengan semburat jingga di ufuk timur. Santi berjalan santai melewati koridor sekolah. Seolah menikmati setiap langkahnya, ia menghirup aroma pagi yang segar, seraya membayangkan harinya yang akan dipenuhi rutinitas seperti biasa. Namun, siapa sangka, sebuah pertemuan sederhana di kantin sekolah akan mengubah cara Santi memandang harinya-mungkin bahkan hatinya.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan sekolah, Santi dan Riski, dua nama yang sebelumnya hanya saling mengenal dari kejauhan, perlahan mendekat. Ada gengsi, ada rasa, ada canggung, dan ada harapan yang diam-diam tumbuh di antara percakapan singkat dan gestur kecil mereka. Hubungan ini penuh dengan dinamika, tawa, bahkan keraguan. Seperti mozaik, mereka menyusun cerita yang penuh warna-tak sempurna, tetapi nyata.
Cerita ini bukan tentang cinta pada pandangan pertama, bukan pula kisah sempurna bak dongeng. Ini adalah kisah tentang dua remaja yang mencoba memahami perasaan mereka sendiri, menghadapi ego, dan mencari keberanian di tengah kerumitan dunia mereka yang sederhana namun berarti.
Renzie, remaja enam belas tahun yang memutuskan untuk kabur dari rumahnya setelah mendengar rencana sang ayah yang akan menghukumnya dengan mengasingkan nya di tempat terpencil, hanya karena dia sudah tidak sengaja membuat sepupu nya jatuh dan terluka. Renzie tentu tidak terima, dibandingkan di asingkan, Renzie memilih untuk pergi dari rumah.
Namun dalam perjalanannya, Renzie tiba-tiba mengalami kecelakaan yang cukup parah. Dan perginya Renzie dari rumah membuat seluruh keluarga tersebut menyesal. Mereka ingin Renzie kembali.