Lucius, Aku Masih di Sini
41 partes Concluida Hujan bulan November membasuh atap Hogwarts dengan suara sendu. Angin dingin menelusup di setiap lorong batu tua, membawa aroma basah yang akrab bagi siapa saja yang pernah menapaki aula megah itu.
Lucius Malfoy berdiri di ujung tangga marmer, mengenakan jubah hitam kebanggaan keluarga Malfoy. Wajahnya pucat dan datar, seperti biasa. Namun di matanya, ada sesuatu yang tak bisa disembunyikan luka lama yang masih membara meski berusaha dikubur.
Di sudut lain, berdiri seorang gadis muda berambut cokelat bergelombang, mengenakan seragam Ravenclaw yang rapi. Matanya menatap Lucius dengan sorot penuh kesedihan, meski bibirnya tersenyum pelan, berusaha merelakan.
Celesta Hart.
Muggle-born.
Cinta pertamanya.
Dosa terbesar sekaligus anugerah terindah yang pernah Lucius rasakan.
Tidak ada yang tahu tentang mereka. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa seorang Malfoy, pewaris darah murni, pernah jatuh cinta begitu dalam pada gadis kelahiran Muggle. Diam-diam mereka mencintai, diam-diam mereka berjanji dan diam-diam mereka harus berpisah.
Hari kelulusan menjadi saksi terakhir. Celesta berdiri dengan tenang, menerima bahwa cintanya tidak bisa dimenangkan oleh takdir. Tidak ada air mata, tidak ada teriakan. Hanya keheningan dan satu kalimat sederhana yang terpatri di hati Lucius seumur hidupnya.
"Aku masih di sini, Lucius. Meski tidak bersamamu."
Dan sejak hari itu, meski langkah Lucius menapaki takdirnya bersama keluarga Malfoy, hatinya tetap tertinggal di belakang. Bersama Celesta. Bersama kenangan yang tidak pernah benar-benar mati.