"Garel, gue capek."
"Terus mau lo apa?"
"Putus."
"Lo kira cuma lo yang mau putus?! gue juga capek, gue muak sama hubungan ini."
"Kalau aja bukan karena bunda lo yang sakit-sakitan itu, pasti udah gue putusin lo dari kemarin-kemarin!"
****
Rayana Agustine, gadis cantik yang mampu memikat setiap orang yang menatap matanya. Namun dari sekian banyaknya manusia hanya Garel yang mampu meluluhkan hatinya.
Raya dan Garel telah menjalin hubungan selama 2 tahun, tetapi sifat Garel tetap sama. Garel itu dingin, kasar, dan tempramental.
Garel seolah-olah terpaksa menjalani hubungannya dengan Raya, padahal laki-laki itulah yang memulai semuanya.
Selama 2 tahun terakhir Garel sudah sempat ingin mengakhiri hubungannya dengan Raya hanya karena masalah kecil.
Namun ia mengurungkan niatnya saat itu karena tiba-tiba Ibunya Raya menelfonnya dan memintanya agar tetap bersama Raya.
"Nak, bunda percaya sama kamu. Tidak ada orang yang bisa bunda percaya selain kamu, kamu satu-satunya harapan bunda..."
"Raya tidak memiliki siapapun selain bunda dan kamu, kalau kamu pergi siapa yang akan menjaganya? dia akan sendirian."
"Bunda bicara apa sih? Raya enggak akan sendirian, masih ada bunda."
"Masa depan enggak ada yang tau nak, dengan kondisi bunda yang seperti ini bunda gak yakin bisa menjaga dan menemani Raya untuk kedepannya."
****
Bukannya membaik, hubungan mereka malah semakin merenggang.
Lalu bagaimanakah kehidupan Raya selanjutnya? berbahagia bersama ibu dan kekasihnya atau tenggelam dalam kesendirian? Mungkinkah akan ada orang baru yang menemani kesendiriannya?
Cus baca cerita ini untuk menemukan jawabannya!
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan