Bisma berkali-kali mendengus kesal. Rika sampai stress. melihatnya.
"Kenapa sih lu bete banget Sama Owen?," Tanya Rika.
"Bule gila itu masih saja belum puas dengan model-model yang kita tawarkan. Sudah dua puluh delapan orang, Rikaaaaaa, " Kata Bisma sambil menggretakkan giginya di hadapan Rika.
"Kali ini Owen bilang apa?," Tanya Rika santai sambil menggigit Sempol Ayam.
"Kurang tinggi dan kurang besar teteknya! Ada lagi... Mukanya kurang galak dan kurang mesum.. " Kata Bisma kesal.
"Anjay.... Mesum dan galak?! Uhuk!!" Kata Rika keselek Sempol Ayamnya.
"See?? Emang sakit jiwa kan fotografer satu itu." Kata Bisma.
"Kalian berdua emang agak laen sih, Bang! Makanya bisa jadi tim yang solid. Kalian klop banget karena sama-sama giiii.., lak!!" Kata Rika sambil menyerahkan plastik sempol ke tangan Bisma.
Rika lalu menelpon sahabatnya,
"Beb... Gue lagi ada masalah besar nih.. Lu bisa kan bantuin gua bentar aja.. Dikit... Dikit... Gak banyak kok... Heh?! Kagak laaaah... Gak ribet samsek, beb.. Okay.. Okay... Bye. love you much, Ver!! You are the best!, " Kata Rika lalu menutup telpon selulernya.
"Lu telpon siapa barusan?," Tanya Bisma setelah menelan sempol terakhir yang ada di plastik.
"Telpon solusi masalah kita!! Bang... Bang Bisma... Sempol gueeeeee..... Huhuhuhuhu..." Rika menangisi Sempol Ayamnya yang dihabiskan Bisma.
"Laper gue. Besok gue traktir Sate Taichan dahh... Sekarang bilang siapa nama solusinya? " Kata Bisma.
"Verranda Jemima Tolkien." Kata Rika sambil menata portofolio model yang berserakan di meja.
"Blasteran?, " Tanya Bisma.
"Yep! Jerman - Papua. Lu liat aja tar." Kata Rika.
Aldo mendadak harus terbang ke Solo untuk menghadiri acara malam penghargaan. dia ditunjuk atasannya untuk menggantikan dia menyerahkan penghargaan untuk karyawan terpilih.
Tom panik karena dia lupa membawa baju batik. Lalu sekertaris kantor memintanya membeli di Laweyan saja. Di situ banyak batik tulis cantik. Tom hampir putus asa bagaimana mungkin dia menemukan batik malam-malam begini.
Tapi Aldo nekat menyusuri Laweyan, mencari batik di antara toko-toko yang sebagian besar sudah tutup. Lalu Aldo memasuki salah satu toko yang masih diterangi kampu.
Aldo membuka pintu perlahan lalu dia masuk semakin dalam karena batik yang diinginkan belum juga ketemu.
Mata Aldo terpaku pada pemandangan di sudut ruangan. seorang perempuan dengan dada terbuka sedang memerah asi.