"Gue butuh pernikahan kontrak ini-bukan mau, tapi butuh. Ini tentang masa depan gue, hidup gue, dan apa yang harus gue perjuangkan." -Aretha Keenaya Rouva'je
"Butuh? Menarik. Tapi lo yakin itu yang lo butuhin, atau ada hal lain yang lebih penting yang lo coba sembunyiin? Terkdang, apa yang kita bilang kita butuhkan justru jadi beban yang lebih berat. Pernikahan kontrak ini bisa jadi jauh lebih rumit daripada yang lo bayangin. Lo yakin siap hadapi konsekuensinya? Termasuk jatuh cinta sama gue" -Arkana Mavendra Saskara
Arkana Mavendra Saskara, seorang pria yang terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya, Hidupnya berubah ketika ia bekerja di sebuah perusahaan yang menyediakan jasa pernikahan kontrak bagi orang-orang dengan alasan tertentu-status sosial, kesepian, pewarisan harta, hingga sekadar menghindari tekanan keluarga.
Sampai suatu hari, Aretha Keenaya Rouva'je, pebisnis terkenal dan juga anak dari Antony Chris Rouva'je, seorang Tycoon yang mendatangi perusahaan MarryCo untuk menikah. Jika pernikahan kontrak mereka terjadi, mungkin Aretha akan menjadi pengantin ke-5 untuk Arka. Sebuah pernikahan kontrak yang seharusnya sederhana perlahan berubah menjadi sesuatu yang rumit.
Aretha dapat mulai membuka jalan hati Arkana. Arka merasa semakin terikat secara emosional, bahkan ketika bayangan masa lalunya masih menghantui.
Di balik sikap tangguh Aretha, tersembunyi sebuah kenyataan yang dapat mengguncang segalanya. Ketika batas antara perjanjian dan perasaan hampir berakhir, Arka dihadapkan pada pilihan: Akankah pernikahan kontrak ini menjadi awal dari sesuatu yang nyata, atau justru menjadi jalan untuk kembali kehilangan?
Teija Nero dan Nova Saki tidak pernah berharap dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Mereka hanya terjebak dalam kondisi yang memantik kesalahpahaman semata. Katakan saja mereka berada dalam tempat dan kondisi yang tak beruntung, hingga harus dinikahkan dalam waktu singkat. Pernikahan itu bahkan dilaksanan saat mereka berada di penghujung masa SMA. Gila, bukan?
Mana ada, sih, orang tua yang menikahkan putra dan putri mereka yang masih SMA? Jika kasusnya memang terjadi kehamilan, baik Teija dan Nova angkat tangan. Namun, kasus mereka berdua berbeda! Nova tidak hamil! Bahkan Teija saja belum sempat menyentuh bibir gadis itu, karena ibu Teija sudah keburu membuka kamarnya.
Dalam kasus ini, Teija menyalahkan Nova. Karena permintaan gadis itu yang aneh, mereka menjadi terikat sepenuhnya. Namun, karena mereka masih sangat begitu muda, maka masih banyak kesempatan yang bisa dilakukan dengan membuat kesepakatan menjanjikan.
"Kita nggak bisa diem aja, Teja!"
"Terus mau apa? Kita udah sah juga."
"Gue nggak mau masa muda ini sia-sia!"
"Ya, terus apa???"
"Let's make a deal. No, no, no! Bukan kesepakatan biasa. Kita harus bikin kontrak di atas materai! Selama kita masih pengen seneng-seneng di masa muda, no babies included in this marriage!"
"Terus kalo mama kita repot minta cucu?"
"Kita masukin ke poin kontraknya, babies included near our divorce!"
Bisakah mereka berdua menjamin kedatangan bayi sesuai rencana?