Kadang aku merasa sangat bodoh, menulis kata-kata ini di buku kecil milikku yang seharusnya hanya berisi hal-hal penting, namun aku tak mampu menahan diri untuk tidak menuliskan perasaanku.
Sejak pertama kali bertemu dengannya, rasanya seperti ada sesuatu yang menyentuh jiwaku dengan cara yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Ada sesuatu dalam sikapnya yang memikatku, keteguhan dan ketenangan yang seolah membawa kedamaian dalam dunia yang selalu penuh intrik dan perhitungan.
Dia seorang kesatria, pelindung kerajaan ini, seorang pria yang selalu tampak tenang dan terkendali, bahkan ketika dalam pertempuran. Aku, seorang putri yang hidup terbungkus oleh kemewahan dan aturan, melihatnya seperti seorang bintang yang jauh di langit dan sangat indah, tetapi tak terjangkau.
Namun, aku tahu dia tidak melihatku. Bukan sebagai wanita, bukan sebagai seseorang yang pantas mendapat perhatian khusus darinya. Aku hanya seorang putri yang mungkin dipandangnya sebagai bagian dari dunia yang penuh dengan aturan-aturan yang membelenggu. Seringkali aku memperhatikannya dari kejauhan, ketika dia tidak sadar. Ketika dia berbicara kepada ayahku, atau ketika dia mengarahkan pasukan, wajahnya yang serius hanya membuatku ingin lebih dekat, ingin mengetahui lebih banyak tentang sosoknya yang misterius itu.
Terkadang aku mencoba untuk mendekat, berbicara kepadanya dalam situasi yang tak resmi, hanya untuk melihat reaksinya. Tapi dia selalu menjaga jarak, seolah tak ingin terlibat lebih jauh. Aku tahu, dia hanya seorang kesatria, pembatas antara kita terlalu tebal untuk dilanggar.
Aku bertanya-tanya, apakah dia akan pernah melihatku lebih dari sekadar putri yang harus dijaga dan dipuja dari jauh. Aku ingin sekali dia tahu bahwa di balik segala keanggunan dan kedudukan ini, ada seorang wanita yang memiliki hati yang sepenuhnya miliknya, meski dia tidak pernah meminta.
Aku takkan pernah berhenti berharap, meski aku tahu harapanku mungkin hanyalah khayalan
Senandung Rengganis adalah sosok karakter figuran dalam novel yang sangat menyedihkan, ia digambarkan dengan wajah yang buruk rupa serta sifatnya yang lemah mudah ditindas.
Sosok tersebut juga selalu menjadi rasa pelampiasan amarah karakter protagonis pria yang tak lain adalah suaminya sediri. Karena menurut sang protagonis, Senandung adalah batu besar yang menjadi halangan untuknya bisa bersama dengan wanitanya (protagonis wanita) dan sosok Senandung tersebut di akhir cerita akan mati karena dibunuh suaminya sendiri.
Lantas bagaimana jika jiwa seorang gadis ambisius dan licik memasuki tubuh Senandung?
[Story transmigrasi ke-3 setelah Transmigration Queen & Protagonist Girls]
_________________________
PLIS JANGAN PLAGIAT YA SAYANG-SAYANGKU!!!
HARAP FOLLOW AKUN KU DULU SEBELUM BACA!!!