Same Position

Yasmine menyukainya sejak mereka masih di sekolah menengah pertama, berada di dalam kelas yang sama juga semeja berdua. Sebelum detak jantungnya berdetak cepat jika berada di samping lelaki itu, mereka pernah dekat sebaik-baiknya sahabat. Mengerjakan tugas bersama, makan bersama, menjahili satu sama lain, bahkan saling bertukar cerita setiap hari.

Yasmine hampir tahu semua hal mengenai dia hanya dalam waktu 3 tahun. Ia terlalu peka dengan sikap lelaki itu yang juga terlalu terbuka.

Namun, perlahan-lahan itu semua hanya bisa menjadi kenangan bagi Yasmine. Tidak ada lagi, mata cemerlang lelaki itu yang bisa ia lihat, bahkan suaranya nihil tidak dapat ia dengar.

Terkadang Yasmine menyalahkan diri atas semuanya. Terlalu malu untuk mengungkapkan rasa, membuat ia berakhir menjadi seorang pengecut yang hanya berakhir menjadi penonton kebahagiaan orang.
Andai dulu, ia tidak semalu itu.

Tidak! Yasmine tidak malu tapi menyelamatkan persahabatan nya, namun hal tersebut tidak tercapai malah berbelok ke arah yang lain. Yasmine merasa perasaannya harus ia kubur agar kecanggungan tidak menggoroti keduanya. Tapi sialnya, Yasmine tidak mengungkapkan perasaannya dan berakhir asing juga.

Begitu mengingat cara lelaki itu memandangnya, egonya seperti bersuara bahwa lelaki itu juga memiliki perasaan yang sama.

***

Pure Story by Plutobarbara.

4/12/24