Renjana Binar Sandhya, nama yang begitu indah, namun kehidupannya tak seindah maknanya. Terlahir di tengah kemewahan yang menipu mata, Sandhya hidup dalam bayang-bayang kakaknya yang sempurna dan dinginnya kasih kedua orang tua yang tak pernah ia rasakan. Di balik senyum yang ia suguhkan pada dunia, tersimpan luka yang tak pernah terucapkan.
Hujan adalah tempatnya berteduh, tempat di mana air mata bercampur dengan rintik-rintik yang jatuh dari langit. Namun, dalam setiap badai yang ia lalui, selalu ada Shankara Sebasta Dharta-sahabat yang menjadi payungnya. Senyum teduh dan ketulusan Shankara adalah pelipur lara yang tak pernah ia minta, tetapi selalu ia butuhkan.
Namun, mengapa kasih kedua orang tuanya terasa begitu jauh? Apa rahasia di balik perlakuan yang berbeda itu?
Ini adalah kisah tentang luka yang tak terlihat, cinta yang hadir tanpa syarat, dan perjuangan untuk menemukan harapan di tengah gelapnya kehidupan. Karena pada akhirnya, di balik hujan yang deras, akan selalu ada senja yang menenangkan.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan