Untuk yang Datang.
Maira selalu merasa terjebak dalam dunianya sendiri, dengan kecemasan yang terus menerus mengganggu. Setiap hari, ia merasa terasing, sulit merasakan apa pun-termasuk cinta. Untuknya, hidup lebih sering terasa seperti bayangan kosong yang tak pernah bisa dirasakan sepenuhnya.
Hingga suatu hujan sore, ia tanpa sengaja menemukan sebuah toko kue kecil di sudut Bandung. Toko ini, yang tampaknya tak pernah dilihat siapapun, menyimpan sesuatu yang berbeda. Di dalamnya, ada aroma coklat yang selalu mengingatkan Maira pada masa-masa yang lebih sederhana, dan kue coklat itu-hanya itu yang mampu membuatnya merasa hidup, meskipun hanya sesaat.
Ezra, pemilik toko, tampaknya mengerti lebih dari yang dia tunjukkan. Dengan kesunyian yang menyelimuti, Ezra hanya berkata sedikit, tetapi kue-kue yang ia buat seolah menyampaikan lebih dari kata-kata: rahasia, luka, dan mungkin, sebuah kesempatan untuk menyembuhkan diri.
Toko ini bukan hanya sekadar tempat, tetapi ruang bagi mereka yang merasa kehilangan. Sebuah tempat untuk mereka yang datang, mencari sesuatu-mungkin hanya sedikit rasa manis dalam dunia yang terasa terlalu pahit. Dan bagi Maira, mungkin ini adalah awal untuk menemukan apa yang selama ini hilang dalam dirinya.
Jarvis : "Dek dipanggil Bunda, tuh di suruh bangunin yang lain."
Harvis : "Bunda nyuruh gue atau lo-nya aja yang males?"
Naresh : " Anjir Reyhan tidur ilernya berlimpah!!"
Reyhan : "Ini tuh mahakarya!"
Mahen : "Maharkarya endasmu!"
Cleo : "EZZA! NGAPA LO TENDANG-TENDANG GUE?!!!"
Ezza : "Suruh siapa Lo tidur melukin gue?"
Orang bilang, masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah yang pernah dirasakan. Namun, sepertinya rasa itu tidak pernah dirasakan oleh Harvis Adiwangsa ketika dia menemukan sesuatu yang membawa hidupnya, kembarannya dan teman-temannya dalam bahaya.
Lantas, keputusan apa yang akan Harvis ambil ke depannya?
Historia : Case Story
Originally Written by articsicic