I Became a Fanboy of the Villain
我成了反派脑残粉[快穿] // Saya Menjadi Fanboy Penjahat [Transmigrasi Cepat]
penulis:不著一字
Jumlah Bab: 80 (lengkap)
Pembaruan Novel:
https://www.novelupdates.com/series/saya-menjadi-penggemar-penjahat/
Cara Mendukung Penulis Asli:
https://shokotranslates.wordpress.com/jjwxc
Setelah tertidur selama 800 tahun, Iblis Agung, Bai Zhi, terbangun di abad ke-21. Iblis tertentu kemudian berkeliaran di dunia modern, terkejut saat mengetahui bahwa semua buah spiritual telah punah. Ia dengan cepat menjadi sangat lapar. Pada saat itu, sistem telah muncul.
"Kamu bisa mendapatkan 20 buah spiritual iblis dengan memblokir senjata untuk penjahat besar."
Bai Zhi menatap tubuhnya yang telah dipukuli hingga menjadi saringan, "Oh."
"Kamu bisa mendapatkan 50 botol cairan spiritual iblis dengan menjadi kambing hitam bagi Penjahat Besar."
Bai Zhi menyentuh abu hitam di wajahnya, "Selesai."
"Aku akan memberikan ratusan barbekyu spiritual iblis sebagai hadiah jika kau mati menggantikan penjahat itu."
Bai Zhi diam-diam memegang pisau besar yang tertancap di dalam tubuhnya, "Panggangan ini pasti sangat pedas."
Seorang penjahat tertentu: "Demi kamu yang sangat menyukaiku, aku akan mempertimbangkan untuk mengambil surat izin menikah seharga $9."
Bai Zhi yang tengah asyik mengunyah daging panggangnya dengan tenang, "Ah?"
Teater kecil: Skenario: Setelah Iblis Besar, Bai Zhi, selesai mengambil tusukan menggantikan penjahat--
Bai Zhi berpikir: Daya tembak manusia sangatlah lemah.
Si penusuk: Mengapa si brengsek ini belum mati juga setelah aku menusuknya?
Sistem itu berteriak dengan liar: Tuan rumah, runtuh, cepatlah runtuh!
Si penjahat berpikir: Dia tidak bersuara saat menderita luka serius karenaku? Dia sangat menyukaiku...
Cover by pinterest
Ahvi bukanlah garis keturunan sah dari keluarga Claudian. Maka dari itu, ia harus berjuang keras mendapatkan pengakuan dan secuil kasih sayang dari sang ayah. Namun pada akhirnya, hingga maut menjemput Ahvi, sedikitpun usapan pada rambutnya tak pernah ia rasakan.
Seraya menikmati rasa nyeri di seluruh organ tubuhnya, Ahvi menyadari bahwa ia tak pernah benar-benar menikmati hidupnya. Menikmati apa yang telah diberikan tuhan padanya hanya untuk pengakuan dari sang kepala keluarga yang bahkan tak peduli jika ia hidup atau mati.
Rasa getir menyerbu hatinya. Merasa sia-sia atas segala hal yang telah ia perjuangkan. Berharap akan ada secuil keajaiban yang membawanya pada masa-masa kebebasannya. Masa dimana ia memulai segala perjuangan kosong itu.
Ahvi sungguh berharap.