Cinta pernah kita ukir di langit senja, dengan janji yang mengambang di antara mega. Namun apa daya, kebahagiaan itu semu belaka, layaknya bayang-bayang di balik kaca. Cinta abadi? Oh, hanya dongeng masa muda, bualan manis di ujung lidah yang menipu rasa. Kini aku tak lagi mengingat wajahmu, hanya langkahmu, yang pergi menjauh tanpa menoleh ke belakang. Teruntuk, Dewangga Fajar Wijaya. Berhenti mengusik pikiranku ketika ragamu sudah tak lagi terjangkau mata.All Rights Reserved
1 part