Prolog
Di sebuah desa kecil bernama Coral Cove, tempat di mana ombak biru memeluk pasir keemasan, dan matahari selalu menyapa lembut horizon, dongeng-dongeng sering kali menyusuri angin sore. Para tetua berkisah tentang Atlantis, sebuah peradaban ajaib yang tersembunyi jauh di bawah samudra, tempat makhluk laut berkilauan dan istana karang berdiri megah. Namun, cerita itu juga membawa bayangan gelap tentang Kraken, penjaga raksasa yang dikutuk untuk melindungi rahasia peradaban yang hilang.
Bagi sebagian besar penduduk desa, cerita-cerita itu hanyalah pengantar tidur atau peringatan untuk tidak terlalu jauh menjelajah laut. Tetapi bagi Alexa Grafana, seorang anak laki-laki dengan imajinasi tanpa batas, kisah-kisah itu adalah undangan-panggilan dari kedalaman yang tak bisa diabaikan. Setiap hari, ia duduk di tepi pantai dengan buku sketsanya, menciptakan dunia dari warna dan garis. Namun, inspirasinya selalu tertuju pada lautan. Ia membayangkan dirinya meluncur bersama makhluk-makhluk laut, menjelajahi istana bawah air, dan mengungkap rahasia Atlantis.
Tidak ada yang memahami hasratnya untuk menjelajah, apalagi melawan bahaya. Tetapi Alexa tahu satu hal: jika ia ingin menjadi seniman sejati, ia harus menjawab panggilan ombak itu, bahkan jika itu berarti menghadapi ketakutan terdalamnya. Dan suatu pagi, saat angin laut berbisik lembut dan langit memancarkan warna keemasan, Alexa berdiri di tepi pantai dengan perahunya yang kecil. Di sinilah petualangannya dimulai-sebuah perjalanan menuju kedalaman samudra yang penuh misteri, di mana imajinasi akan menjadi senjata terkuatnya.
Atlantis menanti, dan Kraken mengintai. Tapi Alexa Grafana hanya memiliki satu tujuan, yakni menemukan keajaiban yang tersembunyi di bawah laut dan membuktikan bahwa kreativitas dapat mengalahkan segalanya, bahkan kutukan sekalipun.