Pada suatu hari yang cerah, Alana dan Slisca menikmati suasana riang di sebuah pameran penuh warna, di mana sinar matahari menari-nari di antara awan dan aroma manis gula-gula bercampur dengan tawa anak-anak. Mereka berjalan melewati kerumunan, tertawa bersama, dan mencoba berbagai wahana, merasakan kebebasan seperti burung yang baru keluar dari sangkar. Namun, ketika matahari mulai terbenam dan senja menggantung di ufuk barat, mereka memilih pulang melalui jalanan yang sepi. Keheningan malam yang tenang berubah mencekam saat seorang preman muncul dari balik bayang-bayang gelap, merampas kalung dan gelang mereka dengan ancaman. Teriakan mereka hilang ditelan sepi, namun Alana, meski terjatuh, bangkit dengan tekad kuat. Berlari secepat kilat, dia bertekad mendapatkan kembali barang berharga mereka, menghadapi malam dengan keberanian yang tak tergoyahkan.