Sudah terhitung sebulan lebih Sunghoon rutin memandang pada sebuah toko pastry yang baru-baru ini buka tepat di sebrang toko bunga miliknya. Toko pastry itu cenderung kecil. Sunghoon simpulkan bahwa mereka hanya melayani pembelian take away. Namun, toko pastry itu selalu ramai. Bahkan di hari libur akan ada antrian yang mengular. Tak tahu. Sunghoon belum pernah mencicipi produk mereka. Tetapi mungkin memang seenak itu rasanya, jika ditilik dari raut wajah para pembeli yang selalu tampak secerah langit musim semi setelah mendapat kudapan manis yang mereka inginkan dari sana. Bukan. Bukan Sunghoon merasa iri atau tersaingi sebab toko bunga miliknya tidak begitu diminati. Dia cukup sadar diri bahwa kebutuhan konsumen terhadap kudapan manis lebih tinggi dibanding seikat bunga. Itu hanya karena ... pemiliknya yang tampak seperti ... tangerine? Senyumnya yang manis dan menawan hati. Binar matanya yang sehangat mentari. Parasnya yang seolah dibasuh oleh hujan musim gugur sekaligus dekap gerah musim panas. Membuat Sunghoon tidak pernah kebosanan untuk sekedar mencuri pandang lewat kaca etalase tokonya yang tembus pandang dan mengarah langsung ke kasir toko pastry itu. "Apa kamu tidak merasa bosan, kak? Sudah berapa kali aku menyarakanmu untuk berpura-pura menjadi pembeli?" Sunghoon menggeleng cepat. Senyum di wajahnya luntur, "Aku tidak berani ... malu." akunya lewat gerakan jari yang terburu-buru.All Rights Reserved