A Love We Didn't Plan
  • Reads 41
  • Votes 4
  • Parts 5
  • Reads 41
  • Votes 4
  • Parts 5
Ongoing, First published Dec 15, 2024
Alisha Nadira Wibowo, tiba-tiba terjebak dalam situasi yang nggak pernah dia rencanakan. Dia bertemu dengan mantan pacarnya yang sekarang pacaran dengan mantan asistennya. Kepalang kesal, Alisha tanpa sengaja menyebut seorang pria yang baru dia kenal, Pandu Pramudita, "sayang" di depan banyak orang.

Pandu Pramudita, yang lebih suka menghindari drama, tiba-tiba diseret ke dalam situasi yang sama sekali nggak dia pahami. Tapi, justru insiden itu membuka kesempatan besar buat dia. Seorang investor yang dia incar hanya mau bekerja sama dengan pasangan yang sudah berkomitmen, tiba-tiba menawarkan peluang besar.

Jadi, Alisha dan Pandu sepakat untuk pura-pura pacaran demi pekerjaan.

Tapi, semakin lama, hubungan pura-pura mereka malah mulai berkembang jadi sesuatu yang lebih. Tanpa mereka rencanakan, cinta mulai tumbuh di antara mereka. Apakah ini cuma sandiwara, ataukah sesuatu yang lebih dari itu?
All Rights Reserved
Sign up to add A Love We Didn't Plan to your library and receive updates
or
#56fashion
Content Guidelines
You may also like
Perempuan Tanpa Narasi by percakain
13 parts Ongoing
Wanita pemilik rumah melengos dengan wajah memerah. Bukan tersipu sebab pujian Ina, tetapi karena sinar matahari yang semakin eksis di atas kepala. "Saya sebenarnya mau nyari tempat kos, Buk." Si mbak cantik bersuara lagi. "Oh, mau ngekos. Boleh, asal jangan jorok, ya." Wanita itu melirik Ina. Terlihat gadis itu dilema mau nyengir atau kalem, akhirnya memilih nyengir. Tak apa, bisa membuat suasana sedikit rileks. "Saya sangat bersih, Buk. Bahkan, sangat teliti pada apa saja. Meletakkan sesuatu tetap di tempatnya adalah prioritas saya. Mengawasi yang masuk dan keluar. Data-data yang tidak valid. Kalau ada kesalahan, saya akan melaporkan langsung kepada tim pengawas." Ina dan wanita pemilik rumah kompak melongo mendengar penuturan si mbak cantik. Sepertinya, seseembak itu sedang mendeskripsikan pekerjaan, bukan dirinya. Mau tidak mau, keduanya mengangkat dua jempol mereka. Kompak lagi. "Lah, kamu mau ngapain?" tanya Wanita pemilik rumah kepada Ina. Ina sigap menjawab, "Ina juga mau nyari kosan, Buk. Ina liat iklan di koran. Ina udah bela-belain jalan kaki jauh, lho, Buk. Mana panas lagi." Gadis itu bicara panjang agar pemilik rumah itu mengerti kode yang ingin dia sampaikan. Ya, kali mereka deal to deal soal kos-kosan di pinggir jalan disaksikan orang yang hilir-mudik dan matahari yang bersinar garang. Mbok, ya, diajak masuk, disuguhi es sirup, dan cemilan. Kalau bisa dikasih makan siang nasi padang. Kan, cakep. "Enggak nanya," jawaban wanita tersebut, singkat, membuat harapan Ina sirna seketika. Fiks! Ibu itu adalah titisan ibu tiri.
You may also like
Slide 1 of 10
Perempuan Tanpa Narasi cover
Double Trouble cover
𝐀 𝐋𝐨𝐧𝐠𝐢𝐧𝐠 𝐓𝐨𝐮𝐜𝐡  cover
Hantu Tampan Nakal cover
XAVIER ( END ) cover
Love In The Purple Sea cover
My Husband My Badboy! 21++  cover
Love Like You Do cover
WEST : THE SUN FROM ANOTHER STAR cover
NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN)  cover

Perempuan Tanpa Narasi

13 parts Ongoing

Wanita pemilik rumah melengos dengan wajah memerah. Bukan tersipu sebab pujian Ina, tetapi karena sinar matahari yang semakin eksis di atas kepala. "Saya sebenarnya mau nyari tempat kos, Buk." Si mbak cantik bersuara lagi. "Oh, mau ngekos. Boleh, asal jangan jorok, ya." Wanita itu melirik Ina. Terlihat gadis itu dilema mau nyengir atau kalem, akhirnya memilih nyengir. Tak apa, bisa membuat suasana sedikit rileks. "Saya sangat bersih, Buk. Bahkan, sangat teliti pada apa saja. Meletakkan sesuatu tetap di tempatnya adalah prioritas saya. Mengawasi yang masuk dan keluar. Data-data yang tidak valid. Kalau ada kesalahan, saya akan melaporkan langsung kepada tim pengawas." Ina dan wanita pemilik rumah kompak melongo mendengar penuturan si mbak cantik. Sepertinya, seseembak itu sedang mendeskripsikan pekerjaan, bukan dirinya. Mau tidak mau, keduanya mengangkat dua jempol mereka. Kompak lagi. "Lah, kamu mau ngapain?" tanya Wanita pemilik rumah kepada Ina. Ina sigap menjawab, "Ina juga mau nyari kosan, Buk. Ina liat iklan di koran. Ina udah bela-belain jalan kaki jauh, lho, Buk. Mana panas lagi." Gadis itu bicara panjang agar pemilik rumah itu mengerti kode yang ingin dia sampaikan. Ya, kali mereka deal to deal soal kos-kosan di pinggir jalan disaksikan orang yang hilir-mudik dan matahari yang bersinar garang. Mbok, ya, diajak masuk, disuguhi es sirup, dan cemilan. Kalau bisa dikasih makan siang nasi padang. Kan, cakep. "Enggak nanya," jawaban wanita tersebut, singkat, membuat harapan Ina sirna seketika. Fiks! Ibu itu adalah titisan ibu tiri.