Di sebuah kafe kecil di sudut kota Jakarta, Hana sedang menyesap kopi hitam sambil menatap layar laptopnya. Hujan turun dengan deras di luar, menciptakan irama yang menenangkan di atap seng kafe. Hari itu, ia mencoba menyelesaikan naskah novel terbarunya, namun pikirannya terus teralihkan oleh suara pintu kaca yang terbuka dan tertutup setiap kali seseorang masuk.
Saat itu, seorang pria masuk dengan setelan jas abu-abu yang basah oleh hujan. Rambutnya yang hitam pekat tampak berantakan, namun justru menambah pesonanya. Ia melihat sekeliling kafe, kemudian berjalan menuju meja kosong di sebelah Hana. Pria itu mengeluarkan laptop dari tas kulitnya dan mulai bekerja tanpa banyak bicara. Hana, yang biasanya cuek terhadap orang-orang di sekitarnya, entah mengapa merasa tertarik untuk mencuri pandang.