REASON

"Nama gue Zean. Dulu gue dikenal sebagai pemimpin geng Wolf, yang katanya paling ditakuti di kota ini. Geng gue punya aturan keras, musuh harus tunduk dan nggak ada yang berani main-main. Tapi sekarang...gue? Gue tunduk sama satu orang dan dia adalah-"

"ZEAN! Lagi ngomong apa kamu? Jangan bilang kamu ngomongin aku ke pembaca?" suara lembut tapi penuh ancaman itu terdengar dari ruang sebelah.
Gue langsung berdiri tegak, tenggorokan gue mendadak kering. "Eh, nggak, Sayang. Aku cuma cerita soal masa lalu gitu."

Istri gue Christy, muncul dengan tatapan yang ya kalian tau lah, mirip kayak emak-emak yang anaknya lupa bayar tagihan listrik. Christy itu mirip banget sama nyokap gue waktu marah. Dan itu alasan utama kenapa gue nggak bisa melawan dia.

"Papa lagi gosipin Mama lagi, ya?" tiba-tiba Tian, anak kembar gue yang pertama, muncul dari belakang Christy. Dia punya bakat luar biasa untuk bikin gue kalah dalam setiap argumen.

"Tian, kamu salah paham, Papa nggak gosipin Mama kok," gue bela diri.

"Papa, aku tau Papa bohong. Mama, Papa tadi bilang dia dulu pemimpin geng. Terus sekarang takut sama Mama," Tian cepu tanpa rasa dosa.

"Ah, Tian! Nggak boleh gitu sama Papa!" Angel, saudari kembarnya, muncul sambil memasang wajah polos. Tapi bukannya bantuin, dia malah nambahin, "Mama, Papa tadi juga bilang 'gue' sama 'lu'."

Mampus.

Christy melipat tangan di dada, senyumnya manis terlalu manis sampai gue tau ada hukuman di balik itu. "Zean, bukannya aku udah bilang apa hukuman buat kamu kalau ngomong 'lu-gue' di depan anak-anak atau aku?"

Gue garuk-garuk kepala, pura-pura nggak paham. "Ehm, hukuman apa ya, Sayang?"

Dia angkat alis. "Cuci piring satu minggu."

"Tapi Sayang, kan kemarin aku udah-"

"Dua minggu," potong Christy.

Anak kembar gue itu bikin gue pusing tiap hari. Kadang gue mikir, gimana caranya gue bisa kalah sama keluarga ini. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, ini alasan gue bertahan. Mereka bikin hidup gue ribet, tapi justru itu yang bikin hidup gue punya arti.