Story cover for Aku, Yang Masih Ingin Hidup by Kentung40
Aku, Yang Masih Ingin Hidup
  • WpView
    Reads 8
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 1
  • WpView
    Reads 8
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 1
Ongoing, First published Dec 20, 2024
Aicha, gadis yang lahir pada 14 Februari, tumbuh dalam keheningan kasih sayang yang terabaikan, di antara ruang-ruang kosong dalam keluarga yang seharusnya penuh kehangatan. Sejak kecil, ia menemukan cinta dalam pelukan neneknya, yang menjadi satu-satunya rumah yang benar-benar menyayanginya.

Namun, ketika dunia mulai menuntutnya untuk berdiri sendiri, Aicha terombang-ambing, mencari arti dari apa yang disebut "rumah." Di balik kebebasan yang ia junjung, ada rasa kesepian yang tak terungkapkan, terselubung di balik pikirannya yang tajam dan hati yang kadang terasa dingin. Ia berjalan tanpa arah, mencari pelabuhan yang bisa memberi kedamaian.

Bersama waktu, Aicha mulai menyadari bahwa dalam keheningan yang ia pilih, ada kekuatan untuk bertahan, meski dunia tak selalu menawarkan jawaban. Ia adalah jiwa yang mencari arti dalam setiap langkah, dalam setiap hembusan angin yang menerpa, dan dalam setiap air mata yang ia sembunyikan di balik senyum.
All Rights Reserved
Sign up to add Aku, Yang Masih Ingin Hidup to your library and receive updates
or
#532alone
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 9
KARAFERNELIA  cover
MASHIRO | OPEN PO cover
Wild Guy [completed]✓ cover
Farbe und Leinwand cover
ALKARA ( TAMAT) cover
Qalbu {Terbit} cover
Aseano Samudra [End] cover
TRANSMIGRASI 3 SAHABAT (Revisi) cover
Could you be a home for me? [TAMAT] cover

KARAFERNELIA

46 parts Ongoing

Cerita ini menggambarkan perjalanan emosional Bryan dan Alesha serta dampaknya pada anak-anak mereka, menggambarkan kebahagiaan di tengah kesedihan dan harapan untuk masa depan. .... Raka berdiri di tengah kamar, wajahnya merah dan napasnya memburu. "Lu mending keluar dari kamar gue sekarang juga! Lu cuma ganggu gue, tau nggak? Bicara yang penting-penting aja, jangan cuman bikin ribut!" ujarnya dengan emosi memuncak. Bian, yang sudah lelah dengan suasana tegang, menjawab dengan nada kesal, "Biasa aja napa sih? Iya, iya, gue keluar. Gue nggak akan ganggu lo lagi." Dengan geram, Bian membuka pintu dengan keras dan menutupnya sampai bergetar. Kamar itu kini hening. Raka berdiri diam, meresapi kesunyian yang menggigit. Di sudut kamar, dia membiarkan air mata menetes perlahan, wajahnya tersembunyi di balik tangan. Dalam isak tangisnya, dia berbisik, "Gue nggak benci, gue cuma kangen. Gue pengen banget ngerasain pelukan dari sosok ayah, tapi dia udah punya keluarga sendiri, jadi gue nggak bisa ganggu dia." Raka merasa frustasi dan terpuruk, merasakan setiap detik beratnya kepergian dan kekosongan yang ditinggalkan. Seperti jejak langkah yang meninggalkan bekas, kenangan itu terus menghantui dan menyisakan luka dalam hati.