Langit sore di Yogyakarta berwarna jingga keemasan, memancarkan ketenangan yang meresap ke dalam hati siapa saja yang melihatnya. Di balkon kecil kosnya, Rania Zahra Alifa seorang gadis manis sedang duduk sambil memandang deretan pohon kelapa yang bergoyang lembut ditiup angin. Di hadapannya, secangkir kopi panas mulai mengeluarkan aroma yang menenangkan, tetapi pikirannya tidak berada di sana. Pikirannya melayang jauh ke tempat lain, ke sebuah kota asing ribuan kilometer jauhnya, tempat di mana hati seseorang yang ia rindukan berada.
Davema Zaelani.
Nama itu berputar di kepalanya seperti mantra. Sudah hampir dua tahun ia menjalani hubungan ini, hubungan yang bergantung pada layar kecil ponsel dan suara yang melintasi jaringan internet. Davema, mahasiswa jurusan Syariah di Universitas Al-Azhar, Kairo, adalah sosok yang mengajarinya banyak hal tentang kepercayaan. Namun, di balik semua percakapan hangat dan tawa, selalu ada perasaan yang mengganjal, sebuah pertanyaan kecil yang terus menghantui, "Apakah aku benar-benar cukup untuknya?"
Di sisi lain dunia, Davema sedang duduk di ruang belajarnya di sebuah apartemen kecil di Nasr City. Cahaya matahari Kairo yang terik mulai meredup, berganti dengan suasana senja yang lebih teduh. Ia menatap buku catatannya, tetapi pikirannya teralihkan oleh layar ponsel di meja. Di sana, sebuah pesan dari Rania muncul:
"Udah makan belum? Jangan terlalu sibuk ya."
Pesan singkat itu selalu berhasil membuatnya tersenyum. Namun, di balik senyum itu, ada kekhawatiran yang ia sembunyikan. Ia tahu hubungan ini tidak mudah bagi Rania. Bahkan, tidak mudah untuk mereka berdua. Tapi ia percaya, jika keyakinan mereka cukup kuat, jarak ini hanya sementara.
Angin malam mulai berhembus, membawa aroma tanah yang basah setelah hujan di Yogyakarta dan debu jalanan di Kairo. Dua hati, terpisah ribuan kilometer, berusaha merajut kisah di antara jarak dan keyakinan.
"Kamu udah nikah?"
"kalau aku udah nikah atau belum emang ada hubungannya sama kak Zayn?"
"Jawabannya simple, kalau kamu belum nikah, ya aku bakal nikahin kamu, tapi kalau udah nikah aku setia nunggu kamu jadi janda"
"Jadi kak Zayn sumpahin aku jadi janda?, Gitu maksudnya!!, jahat banget ya Allah"
"Becanda Al, serius banget sih?, emang udah mau di seriusin?, kalau mau ayo, kapan aku bisa ketemu bang Aufar?"
.....
Aliya, seorang wanita mandiri dan tegas sejak remaja, sebagai direktur muda pemilik sebuah perusahaan properti besar, gadis itu harus di buat pusing karena seorang sekretaris, banyak yang mengundurkan diri dari posisi tersebut karena tidak tahan dengan sifat dan karakter nya yang tegas dan sangat disiplin
Sebagai CEO muda ia mempunyai jadwal yang sangat padat, belum lagi dengan berkas berkas perusahaan yang harus ia selesaikan.
Rutinitas nya tersebut membuat dirinya menjadi tempramental, mood nya sangat susah diatur, Aliya juga adalah wanita yang sangat perfeksionis dalam berbagai hal utamanya dalam hal perusahaan
Dalam sebulan dua sekretarisnya mengundurkan diri dari posisi tersebut, keluhan mereka hampir semua sama yaitu tidak sanggup bekerja di bawah tekanan
Adakah sekretaris yang bisa menaklukan Dan merubah sifat tempramennya tersebut?
Apakah seorang pria biasa nan polos yang berasal dari desa mampu memberikan warna baru dalam hidupnya atau seorang dokter yang sejak dulu mengaguminya dalam diam yang akan menjadi pelabuhan terakhir dalam hidup Aliya?