Di luar gedung pernikahan, di bawah langit yang mulai memerah, terdapat seorang wanita yang terjatuh, duduk membungkuk dengan wajah tertutup tangan. Halaman depan gedung itu menjadi saksi bisu betapa hancurnya hati seseorang yang sedang meratapi takdirnya. Dialah Freen. Tangisannya terdengar jelas, mengalir deras, seolah mengeluarkan segala rasa sakit yang selama ini terpendam. Kini, semua rasa itu menyatu, menggunung, begitu berat, setelah menyaksikan puncak kepedihannya.
Becky-satu-satunya wanita yang begitu ia cintai-telah bersanding dengan pria pilihan hatinya.
"Freen!" teriak Nam, yang berlari menghampiri sahabatnya itu. Tanpa ragu, Nam memeluknya erat, ikut merasakan kepedihan yang tak terkatakan.
Nam tak bisa menahan air matanya. Hatinya pun remuk melihat sahabatnya begitu hancur.
"Maafkan aku, Freen," ujar Heng dengan suara penuh penyesalan. "Aku... aku tak bisa mencegahnya."
Freen hanya terisak. Tanpa bisa berkata apa-apa, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, tubuhnya bergetar hebat, dan rasanya seolah dada ini akan meledak.
"Becky... dia sudah jadi milik orang lain sekarang..." suara Freen tercekat, semakin tertahan oleh tangisannya yang tak bisa dihentikan.
Nam menggigit bibir, menunduk, seolah tak lagi memiliki kata-kata yang bisa menghiburnya.
"Sudahlah, Freen... kau sudah berjuang dengan sekuat tenaga," kata Heng dengan suara berat. "Kau sudah melakukan yang terbaik."
"Aku gagal, Heng... aku gagal," ucap Freen dengan air mata yang terus mengalir, membasahi pipinya. "Aku tak bisa membuatnya tetap di sini, bersama aku."
Heng menundukkan kepala, tak kuasa menahan air mata yang kini mengalir di pipinya. Yang bisa ia lakukan hanya memeluk Freen, menemani sahabatnya yang tengah hancur, menangis bersama di tengah keheningan malam.
Di balik gemerlap lampu panggung dan sorakan penggemar, Becky menjalani kehidupan sebagai artis besar yang dicintai banyak orang. Tapi ketika ia memilih menikah dengan Freen. "Seorang pengacara biasa yang jauh dari dunia hiburan dan kemewahan." Semua orang mempertanyakan pilihannya. Becky yakin, Freen bukan sekadar pilihan hati, tapi satu-satunya orang yang membuatnya merasa tenang di tengah dunia yang bising dan penuh tuntutan.
Namun, perbedaan latar belakang mereka perlahan menciptakan celah. Becky, yang terbiasa hidup mewah dan serba cepat, mulai merasa terkekang dalam kesederhanaan rumah tangganya. Tekanan pekerjaan dan ekspektasi publik membuatnya semakin emosional, dan sering melampiaskannya pada Freen yang hanya bisa mencintainya dalam diam.
Hingga satu kesalahan membawa segalanya runtuh. Becky terlibat cinta lokasi dengan lawan mainnya. Rumah tangga yang pernah ia perjuangkan kini berada di ambang kehancuran. Di tengah puing-puing penyesalan dan cinta yang tersisa, Becky dihadapkan pada satu pertanyaan besar: "apakah cinta saja cukup untuk mempertahankan segalanya?"
📌Cerita ini adalah fiksi belaka.