Yellow Sunshine
  • Reads 27
  • Votes 2
  • Parts 2
  • Reads 27
  • Votes 2
  • Parts 2
Ongoing, First published Dec 25, 2024
2 new parts
Sebagai direktur sebuah perusahaan kosmetik, Silvia Hutama menenggelamkan hati yang patah dalam hiruk-pikuk kerja. Ia tidak mau lagi memikirkan cinta, hingga kehadiran Gerhan yang membawa perhatian sederhana mampu memikat jiwa. Namun bisakah hati yang terluka menerima cahaya baru tanpa rasa curiga?

Sebagai sekretaris setia, Gerhan Patra menyadari posisinya. Namun hatinya bicara lebih keras daripada logika. Ia melihat Silvia bukan hanya bosnya, melainkan gadis yang butuh pelindung di balik topeng kuatnya.

Di persimpangan antara impian dan realitas, Silvia dan Gerhan harus memilih dengan tegas. Beranikah mereka tetap bersama walau harus meruntuhkan batas? Atau mereka harus merelakan cinta dengan hati yang ikhlas?

💛💛💛
© Anggi Ermona 
Cerita ini ditulis sebagai bagian dari Rainbow of Love Series.
Cerita ini hanya bisa dibaca lengkap dan utuh di platform Karyakarsa.
All Rights Reserved
Sign up to add Yellow Sunshine to your library and receive updates
or
#6kuning
Content Guidelines
You may also like
Rindu dalam Piring Seng by opicepaka
5 parts Ongoing
"Katanya, apa yang kita ingin kita makan, kadang mencerminkan apa yang kita ingin rasakan." Arum memeluk lututnya sendiri. "Kalian belajar teori kayak gitu juga?" Jari-jari Latif menyisir rambut ikal Sofa, rambut ikal yang mengingat Latif pada Ibu. "Memang kalau aku ingin manis, apa yang ingin kurasakan?" Dia tidak sempat ikut memandikan ibunya. Ketika dia datang, jasad telah siap diangkat ke masjid terdekat untuk disalatkan. Sampai saat ini, meski telah lewat tujuh hari, masih dirasakan beban di pundaknya dengan jelas ketika mengangkat keranda. Arum menatap Latif lama, mata hitamnya berkaca-kaca. "Bahagia." **** Dalam kehilangan yang mendalam, Bubur Merah sederhana terhidang dalam piring seng yang telah terkikis tepiannya. Hangat yang mengalir dari mulut hingga perut, memeluk jiwanya yang selama beberapa hari hampa. Manis yang terkecap lidah, memberi pertanda, dunia bukan hanya tentang getirnya duka. Sejak saat itu, makanan yang menjadi perlambang sosok ibu itu selalu memberi rasa nyaman dalam hati Latif. Rasa nyaman yang selalu terbetik bersama bayangan peri yang menabur bubuk ajaib hingga masakan itu tercipta. **** Arum terlalu sering menatap lautan hitam setelah berkutat belasan jam menyelesaikan ribuan hidangan untuk orang yang berpesta. Pemandangan kosong serupa hatinya yang tidak tahu apa inginnya. Dia rindu pada rasa hangat yang menjalar ketika masakan sederhananya mencipta senyum tulus berbalut syukur di wajah penikmatnya. Dia ingin kembali pada kompor minyak sederhana; air sumur pompa; pecahan beras, dan piring seng yang telah terkikis tepiannya.
You may also like
Slide 1 of 10
Rindu dalam Piring Seng cover
Coffee In The Morning cover
When You're Not Looking cover
Milky Way (Sebuah Nama) cover
All About Jaenandra [END] cover
Wrong Direction [TERBIT DI CABACA] cover
Can I See You Again? [Chanyeol exo] cover
Double Trouble cover
Namanya Array cover
XAVIER ( END ) cover

Rindu dalam Piring Seng

5 parts Ongoing

"Katanya, apa yang kita ingin kita makan, kadang mencerminkan apa yang kita ingin rasakan." Arum memeluk lututnya sendiri. "Kalian belajar teori kayak gitu juga?" Jari-jari Latif menyisir rambut ikal Sofa, rambut ikal yang mengingat Latif pada Ibu. "Memang kalau aku ingin manis, apa yang ingin kurasakan?" Dia tidak sempat ikut memandikan ibunya. Ketika dia datang, jasad telah siap diangkat ke masjid terdekat untuk disalatkan. Sampai saat ini, meski telah lewat tujuh hari, masih dirasakan beban di pundaknya dengan jelas ketika mengangkat keranda. Arum menatap Latif lama, mata hitamnya berkaca-kaca. "Bahagia." **** Dalam kehilangan yang mendalam, Bubur Merah sederhana terhidang dalam piring seng yang telah terkikis tepiannya. Hangat yang mengalir dari mulut hingga perut, memeluk jiwanya yang selama beberapa hari hampa. Manis yang terkecap lidah, memberi pertanda, dunia bukan hanya tentang getirnya duka. Sejak saat itu, makanan yang menjadi perlambang sosok ibu itu selalu memberi rasa nyaman dalam hati Latif. Rasa nyaman yang selalu terbetik bersama bayangan peri yang menabur bubuk ajaib hingga masakan itu tercipta. **** Arum terlalu sering menatap lautan hitam setelah berkutat belasan jam menyelesaikan ribuan hidangan untuk orang yang berpesta. Pemandangan kosong serupa hatinya yang tidak tahu apa inginnya. Dia rindu pada rasa hangat yang menjalar ketika masakan sederhananya mencipta senyum tulus berbalut syukur di wajah penikmatnya. Dia ingin kembali pada kompor minyak sederhana; air sumur pompa; pecahan beras, dan piring seng yang telah terkikis tepiannya.