Ada begitu banyak mitos yang keberadaannya cukup jarang diketahui oleh sebagian besar masyarakat. Meskipun mitos itu berasal dari tanah kelahiran ataupun daerah sekitarnya. Salah satu mitos yang akan dibawakan dalam kisah ini adalah toh atau tanda lahir tertentu, di mana jika seseorang mengetahui mitosnya akan memohon supaya bisa terlahir tanpa tanda tersebut. Meski hanya memiliki ukuran serupa koin, namun masyarakat mempercayai bahwa hal tersebut tidak bisa diremehkan.
Menurut rumor yang beredar, sesiapa yang memiliki tanda lahir itu dipercaya bisa membawa petaka.
Hampir keseluruhan orang yang memiliki tanda lahir ini adalah perempuan. Dan mereka dinamakan perempuan bahu laweyan. Perempuan yang akan memangsa kehidupan pasangannya. Namun berbeda dengan yang sudah-sudah, kisah ini akan berfokus pada seorang lelaki berparas tampan, di mana ia juga memiliki tanda lahir yang serupa. Lelaki tersebut mecoba mematahkan mitos yang sudah berkembang di kalangan masyarakat setempat.
Meski pada awalnya ia menyepelekan, namun seiring berjalannya waktu, kondisi yang dialami sungguh harus membawa lelaki itu terlibat dalam sebuah pertarungan. Sebuah pertarungan yang tidak hanya menguras tenaga, melainkan emosi di dalamnya juga menggerogoti kondisi batin. Berbagai upaya ia lakukan guna melindungi orang yang paling dicintai, juga untuk memutus mata rantai petaka tersebut. Dan saat lelaki itu sudah di ujung ketidakberdayaannya, secercah harapan muncul meski ia harus mengambil keputusan yang teramat sangat sulit.
Setiap chapter adalah sebuah kisah cinta yang berbeda, seperti warna-warni dalam kaleidoskop. Dari kisah cinta remaja yang penuh semangat hingga kisah cinta dewasa yang penuh lika-liku, semua terjalin dalam satu cerita yang penuh kejutan.