Rintik air hujan terasa begitu dingin, menusuk tubuh dan menghapus seluruh air mataku. Deburan ombak di depan saat ini sedang menggila dengan sambaran petir yang tak kalah kencang berbunyi membuatku semakin larut dalam kesedihan.
Aku tak tahu apakah alam sedang marah terhadap keputusasaanku ataukah ingin memperingatkanku untuk segera pergi dari tempat ini, karena sejak menginjakkan kaki di sini, aku sungguh tergugah untuk berjalan kearah deburan ombak dan hamparan air dingin itu.
Kuharap tidak ada seorang pun yang melihat tangisanku, kuharap tidak ada seorang pun mendengar teriakanku, dan kuharap tidak ada seorang pun yang melihatku.
Di sini saat ini ku menunggu waktu hingga detik terakhir, mengakhiri seluruh dukaku.
"BAHKAN ANAK HARAM ITU LEBIH BAIK DARI PADA LO, PEMBUNUH," teriak seorang laki-laki penuh dengan kebencian, "seandainya bunda gak nolongin lo pasti gue masih bisa bahagia sekarang."
"Jadi lo lebih baik kalau gue mati kak?" Gumam gadis itu tersenyum getir
"Iya, lebih baik lo yang mati"
"KALAU GITU BUNUH GUE KAK, BUNUHHH."