Malam itu, di atap gedung yang diterangi cahaya bulan, seorang gadis kecil berdiri dengan wajah yang sulit diartikan.
Rambut biru panjangnya berkibar lembut terkena angin malam, tetapi ekspresi kesedihan yang tergurat di wajahnya membuat suasana menjadi suram. Gadis itu menatap langit dengan pandangan kosong, seolah bertanya pada dunia, "Kenapa ini harus terjadi padaku?"
Padahal, dulu dia adalah seorang pemuda tinggi, tampan, dan penuh percaya diri. Seorang pria yang tak gentar menghadapi apapun. Namun, entah bagaimana, ia kini terjebak dalam tubuh seorang gadis yang lemah dan rentan.
"Penjelajah waktu lain bisa hidup bahagia, dikelilingi gadis-gadis cantik di harem mereka..." gumamnya dengan nada getir. "Tapi aku? Aku harus mati-matian bertahan supaya tidak jadi anggota harem seseorang!"
Rasa frustrasi mulai menguasai dirinya. Ia mengepalkan tangan, mencoba menahan amarah yang mendidih di dadanya. Namun, rasa putus asa itu terlalu kuat.
"Yah, kalau aku tidak bisa bikin harem..." katanya pelan, senyum pahit tergurat di wajahnya. "Mungkin aku bisa bikin 'harem yuri' atau semacamnya..."
Saat itulah, suara monoton yang familiar tiba-tiba bergema di pikirannya.
[Misi utama telah dilepaskan. Taklukkan protagonis dunia ini, dan jadilah kandidat yang layak untuk seorang pahlawan wanita.]
"......"
Dia membeku di tempat. Kata-kata itu berputar-putar di kepalanya.
"Protagonis? Pahlawan wanita? Apa-apaan ini?!"
Ia menengadah, menatap langit malam dengan tatapan penuh kemarahan.
"SISTEM! Kau bercanda, kan?! Hei, jawab aku! Aku serius, sistem! Jangan diam saja! Jawab aku, sistem bodoh!!!"
Namun, hanya keheningan yang menjawab jeritannya. Tak ada suara, hanya angin malam yang berdesir. Gadis itu kembali menundukkan kepala, merasa lebih bingung dan frustrasi dari sebelumnya.
Karir dan buah hati yang sama-sama penting untuk seorang wanita bernama Shani. Ketika anaknya beranjak dewasa, Shani dihadapkan dengan pilihan sulit.
"Dunia bunda itu karir bunda atau aku?!"
Gadis yang bernama Christy-anak semata wayang Shani dan suaminya itu mulai paham bagaimana kasih sayang seorang ibu yang sesungguhnya.
"Bunda ga bisa lepasin gitu aja pekerjaan bunda. Semua ini butuh perjuangan untuk bunda dapatkan sayang"
Bagaimana kehidupan mereka jika terus berdebat dengan hal yang itu-itu saja? Apakah Shani akan berubah demi anaknya? Atau justru Christy yang mengalah untuk menerima bundanya yang super sibuk?