Cerita ini masih hangat yang di tulis oleh penulis amatir + pemula seperti saya.
Silahkan mampir jika kamu penasaran ada plot apa di dalam cerita ini
Mohon maaf bila tulisan nya masih kurang rapih
🔥🔥🔥
Anya
Ia menjalani hubungan dengan pria jangkung nan manis itu, hanya untuk melanjutkan hidupnya saja.
Ia sama sekali tak memiliki perasaan apapun pada pria itu.
Fajar
***
"Abang, maaf kalau selama ini aku gak bisa ngerasain apa-apa pas sama abang, aku ngejalanin hubungan ini gitu aja, ngalir seperti yang takdir inginkan, " Ucap Anya, dengan isak tangis, mengusap kasar air matanya yang tak bisa ia hentikan, dadanya begitu sakit, ada rasa kasihan, namun ia lebih menyanyangi dirinya sendiri.
"Pergilah, orang yang selalu datang dalam mimpi mu itu belum iklas kamu pergi, " Balas Fajar, ia tak ingin bertindak egois pada Anya, ia akan melepaskan Anya, ia tak akan menahan Anya, walau Anya adalah perempuan yang ia temukan seperti berlian.
Anya mendongak memandang Fajar sejenak, ia lalu berlari menyusul seseorang yang belakangan ini selalu menghantui pikiranya.
Ini mengenai Biru dengan segala ketidakmungkinannya.
Sempat ada rasa tidak percaya terhadap perubahan, apalagi soal hati. Itu dulu, dulu sekali sebelum aku menemukan salah satu dari sekian juta kata dalam kamus kehidupan. Tentang Biru, makhluk Uranus yang pernah kucurigai terdampar sampai di Bumi. Ironisnya, dunia selalu berujung sebab-akibat. Pendamparan Biru menyebabkan arah perputaran berubah. Duniaku tidak lagi berotasi pada Neptunus, perlahan namun pasti, rotasinya berpaling pada planet lain. Planet Uranus, tempat si manusia yang mungkin adalah sang sumber magnet terbesar disana. Dia Biru, manusia penarik semesta beserta isinya, bahkan perasaanku.
Namun, berpaling sepertinya bukan pilihan yang tepat. Lalu apa yang harus dilakukan? meneruskan hidup dengan rotasi yang sama? atau merubah hidup dengan rotasi yang berlawanan? Dan Biru mungkin bisa menjadi jawaban, serta kesalahan.