ANTARA RUANG DAN LEMBARAN

Berangan-angan agar seorang tokoh fiksi menjadi nyata terdengar konyol. Namun, lebih konyol lagi jika angan-angan itu berubah menjadi sebuah harapan.

Kira, seorang gadis sederhana, selalu menemukan pelipur lara dalam dunia buku. Ia gemar membaca dan sering tenggelam dalam imajinasi tentang dunia-dunia fiksi yang ia temukan di setiap cerita. Baginya, membaca adalah pelarian dari kehidupan sehari-hari yang membosankan. Namun, ada satu kebiasaan kecil Kira yang mungkin terdengar aneh-ia sering berharap bahwa tokoh-tokoh favoritnya dalam novel bisa menjadi nyata.

"Andai kau nyata," gumamnya setiap kali ia terhanyut dalam cerita tentang tokoh favoritnya. Harapan itu mungkin terdengar tak masuk akal bagi orang lain, tetapi bagi Kira, itu adalah cara untuk merasa lebih dekat dengan dunia yang ia cintai.

Namun, siapa sangka? Di balik halaman buku yang ia baca, bukan hanya Kira yang jatuh cinta pada tokoh fiksi itu. Tokoh di dalam buku itu, diam-diam, juga telah jatuh lebih dalam pada Kira. Ia ingin terus dibaca oleh Kira, tak rela ketika Kira menutup bukunya setelah selesai membaca. Bahkan, ia menyimpan sebuah harapan yang tak mungkin terucap: "Kuharap kau adalah tokoh fiksi."

Sebuah harapan dari dunia yang mustahil, di mana cinta tak lagi sekadar kata-kata, tetapi perasaan yang melintasi batas antara ruang realitas dan lembaran fiksi.