Zhuo Yichen, pangeran kerajaan Jiang Li yang terlahir dari seorang selir mendapatkan mandat dari kaisar sekaligus ayahnya, yaitu Liu Shanghua untuk memasuki kerajaan Ar Yuan. Dia ditugaskan untuk mencalonkan diri sebagai pengawal pribadi keluarga kerajaan guna memahami seluk beluk kerajaan Ar Yuan yang sangat sulit untuk ditembus.
"Masuk ke dalam kerajaan Ar Yuan dan laporkan setiap informasi kecil apapun yang kalian dapatkan. Pahami sistem pertahanan dan keamanan mereka, bahkan jika dibutuhkan, habisi yang memiliki peran penting."
Dengan konsekuensi kematian yang menanti, para pangeran dan putri keturunan selir tidak memiliki hak untuk menolak, begitu juga dengan Zhuo Yichen. Berbekal semua pengetahuan bela diri yang dirinya miliki, dia berjanji akan menyelesaikan tugas yang diberikan kerajaan dengan baik.
Lalu bagaimana jika Zhuo Yichen malah berakhir menjadi pengawal pribadi bagi Zhao Yuanzhou? Pangeran ketiga yang dikenal masyarakat memiliki tempramen buruk, angkuh, dan kejam? Bisakah dia mencari celah untuk memahami seluk beluk kerajaan di tengah-tengah tugasnya untuk mengawal pangeran itu?
"Aku sama sekali tidak membutuhkan keberadaan seseorang sepertimu di sekelilingku. Jadi pergilah!"
Penolakan adalah hal pertama yang Zhuo Yichen dapatkan saat melakukan kewajibannya. Namun mengingat tujuan utama kedatangannya bukanlah untuk menangani sang pangeran ketiga, dia memilih untuk mengabaikan perlakuan buruk yang dirinya dapatkan.
Akan tetapi siapa yang menduga jika secara perlahan Zhao Yuanzhou mulai berubah. Semakin Zhuo Yichen berusaha untuk menjaga jarak di antara mereka, Zhao Yuanzhou malah memotong semua jarak. Tidak sampai di sana, pangeran ketiga juga memberikan perhatian yang tidak pernah Zhuo Yichen dapatkan sebelumnya, mengobati luka yang selama ini dirinya abaikan.
"Zhuo Yichen, kau masuk ke dalam kerajaan ini secara sukarela. Lalu bagaimana bisa aku membiarkanmu pergi? Aku akan menarikmu kembali, menahanmu, dan tidak akan pernah melepaskanmu."
"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya akan ada efek samping, salah satunya patah tulang."
Satu bait penjelasan medis yang malah membuat mata dr. Adis berkaca-kaca ingin menangis. Padahal penjelasannya tidak ada hubungannya sama sekali dengan kisah hidupnya. Namun ketika ia renungkan semakin dalam, analogi itu sangatlah cocok.
Bahwa ia bertemu dengan seorang pria yang sedang sekarat dalam urusan percintaan. Seorang pria yang pernah patah hati hingga mati rasa. Jantung bagian percintaannya berhenti berdetak. Lalu dengan polosnya, Adis mencoba memberikan pertolongan dengan cara menyentuh jantung hatinya. Memberi tekanan-tekanan cinta, berharap jantung hati pria itu akan kembali berdetak normal hingga bisa kembali merasakan jatuh cinta.
Namun sayangnya Adis tidak memperhitungkan lebih jauh lagi bahwa berhasil atau tidak berhasilnya resusitasi yang ia berikan pada pria itu, tetap akan menimbulkan efek patah hati.