5 parts Ongoing Violetta Lanora Adinata pergi tanpa pamit-meninggalkan cinta pertamanya, sahabat-sahabat yang pernah jadi rumah, dan serpihan kenangan dari masa putih abu-abu yang tak selalu manis. Tak ada kata maaf, tak ada salam perpisahan-hanya kepergian yang sunyi, dibungkus diam yang panjang.
Namun waktu, dengan caranya sendiri, menyeretnya kembali ke tanah tempat segalanya bermula. Dan di sana, semesta seolah tak memberinya pilihan lain selain menghadapi apa yang selama ini ia hindari-luka lama, tanya yang tak pernah terjawab, dan cinta yang mungkin belum benar-benar usai.
Alvaro Nata Prabawa-tinggi, berwibawa, dengan wajah yang nyaris mustahil diciptakan tanpa sentuhan seni ilahi. Garis rahangnya tegas, hidungnya bangir sempurna, dan sepasang mata tajam yang dapat membuat siapa pun yang ia tatap menjadi membeku dan terpana.
Ia menatap gadis di hadapannya dengan tatapan dingin, nyaris menusuk. Tapi yang membuatnya terhenti sejenak adalah kenyataan bahwa gadis itu, gadis bermata hazel yang dulu selalu menatapnya dengan mata penuh kelembutan, kini membalas dengan sorot mata yang sama tajamnya. Sama menusuknya.
Seolah waktu telah mengajarkan mereka bagaimana menjadi asing, mereka kini berdiri sebagai dua kutub yang tak saling mendekat, asing dalam bayang-bayang kenangan yang belum selesai.