Secrets We Pretend to Forget

Di tengah persimpangan hidup yang tak terduga, Narina dan Karina bersua layaknya dua daun yang terombang-ambing di aliran sungai yang sama. Narina, seorang marketing yang terjebak dalam dualitas iman dan ambisi, mendamba kehidupan yang lebih luas, lebih megah, namun sering tersesat dalam bayang-bayang kegelisahan yang ia ciptakan sendiri.

Karina, dengan aura seorang penguasa bisnis, telah melalui badai yang memporak-porandakan keyakinannya. Perceraiannya dari pria yang selama ini ia pikir adalah takdirnya menguak rahasia yang membuatnya mempertanyakan segalanya. Kini, ia berdiri kokoh di atas reruntuhan masa lalunya, namun setiap langkah maju selalu disertai jejak luka yang tak sepenuhnya pudar.

Keduanya bertemu dalam ruang transaksi, dunia yang penuh logika dan angka. Namun di balik itu, tumbuh ikatan yang mengundang renungan. Narina melihat Karina sebagai sosok yang ia dambakan-penuh kendali, bebas, dan berdiri di atas pencapaian yang nyata. Sementara Karina, dalam diri Narina, melihat seorang wanita muda yang haus akan pengakuan, namun belum sepenuhnya berdamai dengan dirinya sendiri.

Di persimpangan ini, muncul pertanyaan yang menghantui: Apakah hidup adalah tentang melawan arus untuk mencapai sesuatu, ataukah tentang menerima aliran yang membawa kita? Dalam pengejaran akan makna, kapan kita berhenti bertanya dan mulai mendengarkan suara hati kita sendiri? Seperti cermin di bawah cahaya remang, apakah bayangan yang kita lihat adalah kebenaran, atau hanya pantulan yang enggan kita terima?