Aziva, gadis berusia 18 tahun, berdiri di depan gerbang Pesantren Al-Hikmah, Maros. Ia mengambil napas dalam-dalam, meninggalkan kehidupan lamanya. Ayahnya, yang baru saja bercerai dengan Ibunya, memutuskan untuk memasukkannya ke pesantren. "Aziva, ini untuk kebaikanmu," kata Ayahnya, saat mengantarnya. Aziva merasa campur aduk: sedih, takut, dan penasaran. Ia tidak tahu apa yang menantinya di balik dinding-dinding pesantren yang kokoh ini. Aziva selalu merasa bebas dan mandiri. Ia khawatir kehidupan pesantren akan membatasi kebebasannya. Apakah ia bisa menyesuaikan diri? ikuti!ceritanyaaa🌷All Rights Reserved
1 part