Aluna, seorang remaja berusia 17 tahun, selalu merasa hidupnya adalah bayang-bayang bagi sang kakak, Anara, yang dianggap sebagai kebanggaan keluarga. Ayah mereka, seorang pensiunan militer yang disiplin, terus membandingkan Aluna dengan Anara, yang unggul dalam segala hal-dari prestasi akademik hingga karisma sosial. Setiap upaya Aluna untuk meraih perhatian ayahnya selalu terasa sia-sia, seperti menjerit di tengah keheningan.
Merasa tidak pernah cukup baik, Aluna mulai mencari identitasnya di luar rumah. Ia mendalami seni lukis, sebuah dunia yang dianggap remeh oleh ayahnya. Dalam diam, Aluna mulai melukis kehidupannya-penuh warna luka, harapan, dan kerinduan. Salah satu lukisan utamanya, Bayangan di Mata Ayah, menjadi cerminan dari perasaannya yang terabaikan dan kebutuhannya untuk diakui.
Namun, ketika sebuah kejadian tragis menimpa keluarga mereka, ayah Aluna mulai melihat sisi lain dari anak bungsunya. Lukisan-lukisan Aluna mengungkapkan hal-hal yang selama ini tak pernah ia sampaikan dengan kata-kata. Dalam perjalanan penyembuhan emosional keluarga itu, Aluna dan ayahnya perlahan mulai membangun kembali hubungan yang selama ini rapuh.
Almaratu Sesilia Pramesti tidak pernah membenci seseorang sebesar dia membenci Arjuna Nakala Anugerah. Laki-laki tampan yang selalu dielu-elukan oleh semua gadis-gadis sejak dulu. Naka adalah pangeran bagi setiap wanita. Namun bagi Alma, Naka adalah mimpi buruk.
Sayangnya, untuk keluar dari mimpi buruk tersebut amatlah sulit karena tiga alasan :
1. Naka adalah Kakak dari sahabatnya.
2. Naka adalah investor di perusahaan tempatnya bekerja.
3. Naka yang tanpa perasaan berusaha menerobos masuk ke sisi hidup terdalamnya.
.....
Arjuna itu pangeran. Seleranya pasti yang princess-princess. Kalau gue jelas nggak cocok buat dia. Karena gue adalah .... seorang Ratu. Selera gue ... sekelas raja, dong.
-HER-