"Halo, Nadine? Pulang jam berapa? Jangan malem-malem, lagi banyak begal."
"Nadine, yang kemarin anter kamu pulang bukan pacar kamu, kan? Awas ya kalau pacaran."
"Nadine, Tante Liya udah beliin makan, jangan jajan lagi di luar. Berat kamu udah naik 5 kilo."
Nadine, Nadine, Nadine. Nama itu selalu keluar dari mulut Liya setidaknya 25 kali sehari dan teringat di benaknya setiap saat tanpa henti. Nadine, keponakannya yang sedang memasuki usia remaja kerap kali membuatnya stress. Padahal, Nadine hanya keponakannya.
Liya tidak pernah bosan mengawasi anak badung itu setiap hari, walaupun teman-temannya sering mengomentarinya sebagai "Tante-Tante Repot". Dan Liya tidak pernah berhenti mengomeli Nadine, walaupun Nadine selalu menjawab "Tante kan bukan Ibuku!"
Nadine, anak badung itu mirip sekali kelakuannya dengan Ibunya.
Dan melihat Nadine tumbuh dewasa, semakin membuatnya rindu dengan kakak satu-satunya yang pergi entah kemana itu.
Gagal nikah di hari pernikahan saat melihat tunangannya berciuman dengan pria lain, Yovie memutuskan terjun bebas dari gedung lima tingkat.
Mengetahui fakta bahwa ia memasuki raga seorang protagonis yang akan berakhir mati mengenaskan, Yovie awalnya ingin menghindari alur novel. Tetapi, dewi Fortuna tidak mengizinkan dan terus membuatnya berurusan dengan para tokoh yang tidak dapat dihindarkan.
Bagaimana cara Yovie menghadapi alur yang semakin melenceng dan pemeran utama pria yang semakin terobsesi dengannya?
"Because i'm the protagonist."
•••
(16+)