Taman itu terasa seperti dunia lain-hening, dengan suara gemerisik daun yang bergesekan diterpa angin. Arya duduk di salah satu bangku, membuka buku gambarnya, dan mulai mencoret-coret. Pohon besar di depannya menjadi inspirasi, seperti biasanya.
Bagi Arya, menggambar adalah cara terbaik untuk melarikan diri dari keramaian. Setiap garis yang ia buat di atas kertas seolah membawa ketenangan. Ia menciptakan dunia kecilnya sendiri, di mana tidak ada tekanan atau suara yang mengganggu.
"Kau suka menggambar, ya?" Suara lembut tiba-tiba terdengar dari belakangnya, mengejutkan Arya hingga pensilnya hampir terjatuh.
Ia menoleh dan mendapati Nadia berdiri di sana, membawa sebuah buku partitur musik. Wajahnya yang cerah terlihat penasaran.
"Eh... iya. Cuma buat iseng aja," jawab Arya gugup.
Nadia tersenyum tipis dan tanpa ragu duduk di sampingnya. "Bagus. Tapi kenapa semuanya pohon? Nggak pernah coba gambar yang lain?" tanyanya sambil menatap buku gambar Arya.
Arya menggaruk kepalanya, mencari jawaban. "Aku suka pohon. Mereka diam, tapi kuat. Mereka bisa tumbuh meskipun nggak bergerak."
Nadia mengangguk pelan, seolah memahami. "Filosofis juga, ya. Aku Nadia, by the way."
"Aku Arya," balas Arya singkat, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat.
*di vote yaaa*
pemuda manipulatif yang bertransmigrasi jiwa ketubuh remaja berandalan yang dibenci orang-orang.
BUKAN BL! Full revisi beberapa alur dan karakter terubah, disarankan membaca ulang.