Ketika Rumah Tak Lagi Menjadi Tempat Pulang

Cerita ini mengisahkan tentang seorang gadis bernama Alya, anak perempuan pertama dari keluarga yang selalu terbelenggu oleh konflik. Setiap hari, dia hidup dalam ketegangan antara kedua orang tuanya yang tidak pernah sepakat, sering bertengkar, dan tak mampu menjaga keharmonisan rumah tangga mereka. Alya tumbuh dengan perasaan kesepian, penuh tanggung jawab, dan berusaha menjadi penengah antara kedua orang tuanya, meskipun dirinya sendiri merasa hancur di dalam.

Seiring berjalannya waktu, Alya mulai merasakan bahwa rumah-yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan penuh kasih-justru menjadi sumber ketidaknyamanan. Tempat yang dulu dia anggap sebagai tempat pulang, kini menjadi ruang yang penuh dengan kecemasan, kebohongan, dan ketidakpastian. Ia merasa terjebak dalam situasi yang tak pernah ia inginkan.

Sebagai anak pertama, Alya merasa ada beban yang sangat berat di pundaknya untuk menjaga keluarganya tetap utuh, meskipun dia tahu bahwa hal itu semakin sulit dilakukan. Dia harus berurusan dengan perasaan bingung, marah, dan kecewa, sambil berusaha untuk tetap hidup normal di luar rumah. Di sekolah, di luar rumah, ia menjadi gadis yang ceria dan mandiri, namun di dalam rumah, ia hanyalah seorang gadis yang berusaha melindungi dirinya sendiri dan adik-adiknya dari kehancuran.

Namun, meski dalam keadaan yang sulit, Alya berusaha untuk tetap menemukan harapan. Ia belajar untuk mengenal dirinya sendiri, menerima kenyataan bahwa tidak semua hal dalam hidup bisa dikendalikan, dan bahwa kebahagiaan sejati mungkin bukan datang dari orang lain, tetapi dari diri sendiri.