"Aku lebih tenang kalau mama gak di rumah"
"Lo udah berapa kali mati?"
"Aku terlalu mencintai diriku di tubuh orang lain"
"Tiga pil terakhir apa aku bisa berhenti?"
Zaffa Rufarrazka, anak ketiga dari empat bersaudara, satu-satunya laki-laki di tengah keluarga yang sibuk. Di sekolah, ia adalah anggota OSIS yang dikenal penuh semangat, hyperaktif, dan ramah-seperti matahari kecil yang tak pernah redup. Tapi, di balik tawa dan langkah-langkahnya yang tampak ringan, ada badai yang tak terlihat. Badai itu tidak besar, hanya cukup untuk membuat malam-malam Zaf tak pernah benar-benar tenang.
Dulu, segalanya terasa sederhana. Ia tahu ke mana arah hidupnya, siapa dirinya. Tapi, seiring waktu, semua menjadi rumit. Seseorang masuk ke hidupnya, membawa lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Apa yang ia pikir pasti berubah menjadi teka-teki. Dan di tengah semua itu, Zaf hanya bisa berpura-pura kuat, seperti biasa.
Ia ingin lari dari perasaan itu. Menyebut semuanya hanya sebagai lelah akibat kegiatan OSIS, tugas sekolah, atau konflik keluarga. Tapi kenyataan tidak pernah mudah dilewati. Bisikan kecil itu terus datang, mengusik saat ia sendiri, menunggu ia berhenti dan melihat ke dalam dirinya.
Zaf tidak tahu ke mana semua ini akan membawanya. Yang ia tahu, setiap langkahnya ke depan akan menentukan segalanya-tentang dirinya, tentang hidupnya. Dan seperti badai yang datang tanpa peringatan, ia hanya bisa berharap masih ada langit cerah di ujung perjalanan.
~[UPDATE SETIAP SENIN]~