9 parts Ongoing Hujan deras mengguyur bumi dengan gemuruh yang memekakkan telinga. Badai mengamuk, angin menghempas liar, mengguncang pepohonan hingga meringkuk tak berdaya. Kilatan petir membelah langit kelam, menebar ketakutan. Di tengah kegelapan itu, Serena berdiri lemah, tubuhnya menggigil sembari menekan bel rumah dengan tangan gemetar. "Tolong... buka pintunya," bisiknya lirih, nyaris tak terdengar. Di balik kemeja putih yang melekat basah di tubuhnya, tersembunyi luka dan memar hasil amukan seorang yang ia panggil Ayah.
Kairana segera berlari begitu mendengar bunyi bel yang memecah kesunyian. "Anjayy, baru inget pulang lo, udah tiga hari-" Ucapannya terhenti begitu matanya menangkap Serena yang tiba-tiba pingsan di ambang pintu. Refleks, Kairana menangkap tubuh mungil itu, wajahnya berubah panik.
"BANTUIN GUE!" serunya lantang, suaranya bergetar memanggil yang lain.
"Apa sih ribut-ribu-" Jenara terdiam seketika saat melihat siapa yang dibawa Kairana. Matanya melebar, jantungnya berdegup kencang.
"Baringin di sofa, Kak! Cepet!" Selby dan Joenna mendekat dengan wajah panik. Ini pertama kalinya mereka melihat seseorang dalam kondisi pingsan.
Kairana dengan hati-hati membaringkan Serena di sofa, tetapi tangannya gemetar, rasa takut menguasainya. Maia, berusaha tenang tapi maju dengan langkah ragu. "Minggir sebentar, Kai. Gue buka dulu kemeja basahnya, percuma kalau enggak diganti," katanya, suaranya lembut tapi tegas.
Saat Maia perlahan membuka kemeja Serena, keheningan langsung menyelimuti ruangan. Luka dan memar yang menghiasi tubuh rapuh gadis itu tampak jelas, membuat semua yang ada di sana terdiam membeku.
"Jen, ini kenapa... kenapa Serena bisa kayak gini?" bisik Jyana dengan suara bergetar, tangannya mencengkeram erat lengan Jenara. Ketakutan yang selama ini coba ia sembunyikan akhirnya pecah melihat pemandangan menyakitkan itu.
Serena, yang selama ini terlihat baik-baik saja, menyimpan luka yang begitu dalam. Apa yang sebenarnya terjadi padanya?
Not gxg!!