Story cover for Outside The Window by Rantai_Libra
Outside The Window
  • WpView
    Reads 51
  • WpVote
    Votes 11
  • WpPart
    Parts 2
  • WpView
    Reads 51
  • WpVote
    Votes 11
  • WpPart
    Parts 2
Complete, First published Jan 03
Pernah gak sih ngerasa pikiran lagi buntu, kayak pengen ngehasilin sesuatu tapi gak tau mulai dari mana? Nah, di sini tempatnya segala hal random, absurd, tapi tetap relatable buat ngisi ulang energi kreatif kamu. Cukup buka jendela pikiran, dan siapa tahu ide-ide di sini malah bikin kamu senyum-senyum sendiri sambil bilang, "Eh, bener juga ya!"

Dari inspirasi kecil kayak cara ngelihat awan jadi cerita seru, sampai drama remeh yang bisa jadi kisah epic-semuanya ada. Gak ada batasan buat eksplorasi. Kadang kita lupa, hal-hal sederhana di sekitar tuh sebenarnya penuh kejutan. Kamu cuma butuh sedikit sudut pandang baru, dan voila, dunia di luar sana jadi kanvas bebas warna.

Jadi, apa yang bikin kamu nggak sabar buat buka jendela ini? Siap nemuin sisi lain dari segala hal yang kamu pikir udah biasa? Yuk, coba liat lagi-siapa tahu, ada yang ngetuk dari balik jendela itu.
All Rights Reserved
Sign up to add Outside The Window to your library and receive updates
or
#872keyakinan
Content Guidelines
You may also like
GEVRONZ by xaziyyyby14
17 parts Ongoing
Bener² aku ga bisa nahan ide ide di otak ini padahal baru bikin cerita 'sweet smile' yg belum kelar nambah cerita lagi🥹hhh.. Ada bahasa kasar yg ga suka tinggal skip aja yah:) --------> Berawal dari pemikiran konyol Marlan yg ingin menambah member hanya tidak menerima ingin menamai persahabatan yg sudah mereka berenam lalui bertahun tahun, sehingga terjadi sedikit percecokan yg berakhir bahagia mungkinkah?ingin tau kelanjutannya bagaimana?cuss langsung baca saja. -------> Cuplikan sedikitt "Gue jadi kepikiran mau ngasih nama persahabatan kita deh bang"chalo💬 "ngapain ngasih nama?ga cukup persahabatan aja?"Marlan 💬 ••••• "gue bolehin tapi kalian harus cari satu lagi orang yg masuk circle ini dengan persetujuan gue"Marlan💬 "Maksud Lo apa!? gue ga setuju!"jakran💬 "Mar Lo ga usah gila tolol, Lo tadi yg bilang 'ga cukup persahabatan kita aja' ,dan sekarang Lo mau nambah orang!?prik bgst"Rendavi💬 ••••••• "Hah!, bang Marlan serius bicara begitu??gila sih, gila banget malah"jisan💬 "gue pikir boleh aja ,secara cuma nambah satu orang doang ga buat rugi kan? jadi oke oke aja, gue bakal bantu Lo, dan-"jefar💬 •••••• "Gue mah nurut Mulu Lo nya aja yg ga tau ,emang dasarnya lo ga perhatian sama gue kan?"hezal💬 "Pe'a ,gue mah sayang Lo bahkan sayang banget jadi Lo awas berpaling dari gue"teman hezal💬 Maaf jika ada salah kata kesamaan kesalahan dll...murini karangan otak tangan pikiran ku!,
You may also like
Slide 1 of 9
Air Mata Di Pintu November (TERBIT) ✓ cover
Meneroka Jiwa 2 cover
Sepekan Penuh Sayang [Tamat] || Jeno & NCT Dream cover
Our Juvenile : MANGUN KARSA cover
Awal Bertemu Denganmu  COMPLETED ✔ cover
RHYTHM ( All Of Us Want To Be Happy ) cover
Self Injury's(complete)✔ cover
GEVRONZ cover
We Are One cover

Air Mata Di Pintu November (TERBIT) ✓

15 parts Complete

Novel bisa dibeli di Shopee Jaehana_Store BAGIAN KEDUA SAPTA HARSA VERSI NOVEL || KLANDESTIN UNIVERSE "Kenapa lo jahat sama gue! Kenapa kemarin lo pergi? Kenapa? Kenapa lo ninggalin gue? Kenapa lo tega, Jen?" Haikal tak bisa lagi menahan kesedihan yang telah menumpuk di dalam dirinya. Jendral hanya tertawa kecil. "Lo ngomong apasih, Kal? Gue nggak pergi ke mana-mana, kita kan selalu sama-sama. Gue mana pernah ninggalin lo. Ayo ikut, gabung sama yang lain." Ia menarik tangan Haikal, mengajaknya berlari menuju sisi lain dari air mancur itu. Di sana, semua anggota Klandestin berkumpul. Beberapa duduk di atas ayunan yang berderit pelan, ayunan tersebut dihiasi dengan lampu-lampu kecil yang mengelilinginya. "Bang Haikal! Kenapa telat? Kita nungguin loh!" seru Cakra. "Kal, sini, ada mainan yang cocok buat lo," tambah Reihan. Namun, Haikal menggeleng. Ia justru menggenggam erat tangan Jendral di sampingnya. "Kenapa, Mbul? Main sana," Jendral menatapnya dengan heran. Haikal menggeleng lagi, kali ini dengan lebih kuat. "Gue takut," bisiknya, suaranya hampir tak terdengar. "Takut?" Jendral tertawa, seolah-olah hal itu adalah lelucon. "Seorang Haikal takut?" Haikal mengangguk, menahan diri untuk tidak menangis. "Gue takut kalo genggaman tangan gue lepas, lo bakalan pergi."