Dwipantara, sebuah negeri yang dulu dibangun di atas semangat kebebasan dan keadilan, kini terjerat dalam kekuasaan Sangkar, sistem pemerintahan otoriter yang membungkam kebenaran. Sejarah bangsa dimanipulasi, dan warisan leluhur dihapus demi mempertahankan dominasi. Dalam bayang-bayang penindasan, tiga mahasiswa dengan latar belakang dan pandangan berbeda terjebak dalam konflik yang jauh lebih besar daripada hidup mereka sendiri.
Laksamana Biru Laut, seorang mahasiswa, terobsesi mengungkap sejarah yang telah direnggut oleh Sangkar. Namun, skeptisismenya terhadap konspirasi membuatnya ragu untuk bertindak gegabah. Di sisi lain, Jenggala Anarki, anak dari pemilik platform berita oposisi, penuh keberanian namun cenderung nekat dalam menentang rezim. Mereka berdua sering bertentangan, tetapi semangat membara dalam hati mereka sama: melawan penindasan. Sementara itu, Sore, seorang pecinta buku yang idealis, berusaha menjadi jembatan di antara dua sahabatnya.
Ketika pemilihan presiden mendekat, Sangkar 76 mulai menunjukkan cengkeramannya yang semakin kuat. Seorang calon presiden yang tak terduga muncul dari kalangan rakyat, Pak Rama, dosen sejarah dan budaya yang sederhana namun penuh integritas. Kehadirannya memantik harapan sekaligus ketakutan bagi mereka yang berdiri di kedua sisi kekuasaan.
Namun, perjuangan untuk kebenaran tidak sesederhana yang mereka bayangkan. Persahabatan diuji, rahasia kelam terungkap, dan pilihan yang sulit harus diambil. Dalam upaya menggali sejarah dan melawan tirani, mereka menemukan bahwa terkadang musuh terbesar bukanlah pemerintah, melainkan ketakutan dalam diri sendiri.
"Karena sejarah bukan hanya tentang masa lalu, tapi juga bagaimana kita menuliskan masa depan."
"Don't ignore the people who are close to you, without us realizing that they are the source of our happiness and comfort, but sometimes we even look for it in other people."