Jejak Si Manis: Kucing, Cinta, dan Konspirasi

Malam itu, Nina terbangun karena suara berisik dari luar jendela. Awalnya dia mengira itu suara kucing liar yang sedang bertengkar, tapi saat dia mengintip ke luar, pemandangan yang dilihatnya jauh dari biasa.

Seekor monyet kecil sedang mengayuh sepeda mini melewati jalanan, sambil membawa sandal jepit warna pink di atas kepalanya. Di belakangnya, seekor kucing berbulu oranye—yang Nina kenali sebagai Si Manis milik Bu Linda—berlari-lari seperti sedang memberikan instruksi.

“Ini pasti mimpi. Atau mungkin aku terlalu banyak minum kopi tadi sore,” gumam Nina sambil mengusap matanya.

Tapi pemandangan itu tidak menghilang. Bahkan, lebih aneh lagi, kucing itu berhenti sejenak, menatap langsung ke arah jendela Nina, lalu mengangguk seperti mengucapkan “jangan ikut campur” sebelum melanjutkan pengejarannya.

Esok paginya, suara jeritan Bu Linda membangunkan seluruh komplek. “Si Manis hilang! Dan seseorang mencuri sandal jepitku!”

Nina memutuskan satu hal saat itu juga: hidup di kota kecil ini ternyata jauh lebih aneh daripada yang dia duga.

---

Bagaimana menurutmu? Apakah kombinasi ketegangan dan kelucuannya sudah pas, atau ingin ditambahkan elemen yang lebih liar?