Shanindya Shadira, atau Anin, hidup bahagia dalam kesederhanaan bersama kedua orangtuanya, Raden dan Nafisa. Kehidupan yang penuh kasih, yang tak pernah terbayangkan akan goyah. Namun, takdir tiba-tiba menghantamnya, memporak-porandakan dunia yang selama ini tenang.
Anin kini dihadapkan pada sebuah pilihan yang menghancurkan: menepati janji yang terucap pada ibunya yang telah tiada, untuk melanjutkan impian yang sempat terpendam, atau memenuhi harapan ayahnya-untuk meneruskan profesi yang telah diwariskan turun-temurun, penuh dengan kehormatan dan tanggung jawab. Namun, di dalam dirinya, ada suara lain, suara yang ingin ia dengarkan-keinginannya untuk mengejar mimpinya sendiri, meski harus melepaskan segalanya.
Tiga jalan terbentang, masing-masing menuntut pengorbanan. Janji, harapan, dan impian. Setiap pilihan membawa konsekuensi yang tak terbayangkan. Anin terjebak dalam dilema yang semakin menekan. Akankah ia berani memilih jalan yang tak pernah ia bayangkan, meninggalkan segala yang dicintainya, ataukah ia akan hancur terperangkap antara dua dunia yang saling bertentangan?
Waktu terus berdetak, dan setiap detiknya, Anin semakin terpojok. Keberanian adalah satu-satunya yang bisa menyelamatkannya.
Sequel The Memory Of Angle
Rasa kehilangan itu masih membekas, terbingkai kokoh dilubuk hati Airin yang terdalam. Kenangan.... Hal yang tidak akan bisa terpisah dari raganya hingga kapanpun. Gadis cantik itu terus mencoba, mencoba sedikit meredam rasa sakitnya, dan mencoba membuka sedikit pintu hatinya.
Takdir. Apakah takdir akan mempertemukan dua insan yang saling terikat oleh rasa itu?? Apakah takdir akan membantu mereka sekali lagi?? Mungkin saja pertemuan itu akan terjadi kembali. Tapi percayalah, semua hal yang sebelumnya terjadi akan jauh berbeda.....