Jangan Buka Pintu Tengah Malam
Bagian 1: Teror Hantu Julia
Di sebuah desa terpencil bernama Nafa, berdirilah sebuah rumah tua yang sudah lama ditinggalkan. Rumah itu berdiri megah di tengah hutan, tetapi suasananya suram dan mencekam. Penduduk setempat menyebutnya Rumah Julia, diambil dari nama seorang perempuan yang tewas mengenaskan di sana bertahun-tahun lalu. Tak ada yang berani mendekat, apalagi setelah senja tiba. Konon, Julia masih menghantui tempat itu.
Tanti, seorang jurnalis muda yang pemberani, baru saja ditugaskan menulis artikel tentang rumah tersebut. Ia bertekad membongkar misteri yang menyelimuti tempat itu, meskipun banyak warga memperingatkannya untuk menjauh. Tanti tidak sendiri; ia ditemani oleh Eko, sahabat masa kecilnya yang seorang fotografer. Eko sebenarnya merasa enggan, tetapi rasa penasaran dan loyalitasnya kepada Tanti membuatnya setuju.
Malam itu, mereka tiba di depan rumah Julia. Angin dingin menerpa, membawa suara-suara aneh dari sela-sela pepohonan. Rumah itu tampak gelap, hanya ada cahaya redup dari jendela yang seolah memanggil mereka untuk masuk.
"Ini cuma sugesti," ujar Tanti mencoba menenangkan diri. "Kita masuk, ambil beberapa foto, lalu pergi."
Eko menelan ludah. "Kalau benar ada hantu Julia di sini, kita bagaimana?"
Tanti tersenyum kecil. "Kita tanyakan, apa yang membuatnya tidak bisa pergi dari sini."
Dengan berbekal senter dan kamera, mereka melangkah masuk. Lantai kayu rumah berderit setiap kali mereka berjalan, memecah kesunyian yang mencekam. Di dalam, ruangan terasa lebih dingin dari luar. Foto-foto lama tergantung di dinding, semuanya berdebu, namun ada satu foto yang terlihat bersih-wajah seorang perempuan muda yang tersenyum manis.
"Itu dia, Julia," bisik Tanti sambil menunjuk foto tersebut.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari lantai atas. Eko langsung memegang lengan Tanti. "Kau dengar itu?"