Di dunia yang diatur oleh Takdir, setiap manusia dilahirkan dengan "Garis Kehidupan", sebuah pola bercahaya yang tertulis di tubuh mereka. Garis ini tidak hanya menentukan siapa mereka, tetapi juga masa depan mereka: pekerjaan, pasangan hidup, bahkan kapan mereka akan mati. Sistem ini dianggap sebagai keajaiban yang menjaga dunia tetap stabil, tetapi juga menjadi belenggu bagi banyak orang yang merasa hidup mereka sudah ditentukan sejak lahir.
Kael, seorang pemuda yatim piatu, adalah pengecualian. Ia lahir tanpa Garis Kehidupan, sesuatu yang sangat jarang terjadi dan dianggap sebagai kutukan. Dijuluki "Orang Kosong," Kael hidup dalam bayang-bayang diskriminasi, dianggap pembawa sial oleh masyarakat di kota kecilnya. Namun, hidupnya berubah drastis ketika ia secara tidak sengaja mengubah Garis Kehidupan seorang gadis bangsawan bernama Arlina, yang diselamatkannya dari serangan bandit.
Ternyata, Kael memiliki kemampuan luar biasa: ia dapat memanipulasi, menghapus, atau bahkan menciptakan Garis Kehidupan. Kemampuan ini menjadikannya buronan para "Pelukis Takdir," penjaga tatanan dunia, yang percaya bahwa Kael adalah ancaman terbesar bagi keseimbangan dunia. Dalam pelarian bersama Arlina, Kael mulai memahami bahwa kekuatannya adalah kunci untuk membebaskan dunia dari belenggu Takdir, tetapi juga bisa menghancurkan segalanya.
Hal yang pernah Rafa sesali dalam hidupnya, yaitu menaruh harapan pada seseorang yang tidak pernah menganggapnya ada.
Dibenci, dihina dan disakiti baik fisik dan batinnya, seakan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi remaja yang berusia 17 tahun itu.
Memangnya apa salahnya?
Dia hanyalah, seorang anak yang ingin merasakan keluarga yang sesungguhnya. Bahkan demi mendapatkan hal itu, dia mengabaikan perasaaannya sendiri dan bahkan menjadi orang jahat. Sehingga membuatnya semakin dibenci.
Rafa menyesal. Menyesal pernah berharap agar suatu hari mereka bisa melihat dirinya sebagai saudara dan seorang anak.