"Kamu agak ceroboh, ya? Kamu ketiduran?"
"Yang Mulia."
Suara mengejek sang kaisar terdengar dari atas. Reina membuka matanya, melompat berdiri, dan menundukkan kepalanya.
"Ayahmu telah menawarkanmu sebagai budak, jadi aku akan membiarkanmu melakukan bagianmu hari ini. Karena ketulusan ayahmu."
"Pelayan s*ks...."
Reina memejamkan matanya rapat-rapat. Bahkan jika ayahnya menghubunginya setelah 15 tahun, dia tidak akan pernah membayangkan bahwa ayahnya akan mengusirnya sebagai budak.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan."
"Uuhh."
Erangan tertahan mengalir dari mulut Reina.
Daging merah muda di dalam vagina menempel di alat kelaminnya bagaikan lem yang keluar masuk setiap kali dia menggerakkan pinggangnya.
Mata Blian yang melihat ke bawah ke arah persendiannya menjadi keruh karena nafsu, dan napasnya menjadi kasar.
Haah, haah. Dia menusukkan penanya sekuat tenaga sampai ke akarnya.
"Hah. Ah, ahhh."
Reina tersentak saat merasakan bagian dalam tubuhnya seperti akan ditusuk. Suara kejantanannya yang menghantam pantatnya bergema di tempat yang sunyi itu.
***
Blian berlari ke pelabuhan dengan kecepatan penuh, tetapi dia tidak terlihat di mana pun.
"Reina....."
Kapal yang menuju Benua Barat sudah meninggalkan pelabuhan.
"Reina, aku mencintaimu! Kembalilah, aahhhhh."
Blian berteriak sekuat tenaga ke arah kapal yang hendak berangkat, tetapi teriakannya tenggelam oleh suara klakson kapal. Blian berlutut di dermaga.
"Reina, aku salah. Aaaahhhh. Reina..."
Sebuah pernikahan yang menyiksa bagi Kia, ia harus menikahi pria paling mengerikan yang pernah ia jumpai. Marco benar-benar pria yang tidak ada belas kasihan, dia bisa membunuh istrinya sendiri demi keinginannya sendiri, hal yang paling menyakitkan adalah saat Marco melempar tubuhnya dari lantai tiga dan yang membuat Kia tidak bisa berpikir dengan jernih adalah saat ia terbangun kembali setahun sebelum kejadian mengerikan itu.