Langkah Save terhenti di depan kelas 11. Suara itu-begitu familiar-menghantam telinganya tanpa ampun, membuat jantungnya berdebar tak karuan. Ia refleks menoleh, matanya langsung menemukan sosok yang diam-diam mengisi ruang hatinya.
"Aku tidak suka pria," ucap orang itu santai, disambut tawa teman-temannya.
Kalimat itu menancap seperti duri.
Bertahun-tahun berlalu.
Aku pikir waktu akan menyembuhkan segalanya. Aku mencoba melupakannya sejak tahun pertama kuliah, mengubur perasaan itu di balik tumpukan kesibukan. Kupikir aku berhasil. Tapi ternyata, waktu hanya membuatku pandai menyembunyikannya.
Di tahun ketigaku, dia kembali-tanpa aba-aba, tanpa permisi.
**
"Jangan ganggu aku," kata Save sarkastis, menunduk membaca buku.
Auau tertawa pelan. "Tapi aku suka mengganggumu."
Save melirik sinis, lalu kembali menunduk. Tapi Auau hanya tersenyum, matanya lembut menatap.
"Dia nggak berubah," pikirnya. "Tetap saja... menarik."
Dan di antara candaan ringan, perasaan lama ternyata tak pernah pudar-justru semakin bertahan, bahkan bertambah.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan