Penelitian psikologis telah menemukan bahwa cinta bisa dijelaskan sebagai suatu bentuk ketergantungan kimia dalam otak. Ketika seseorang jatuh cinta, otaknya melepaskan zat-zat kimia tertentu seperti dopamin, oksitosin, dan serotonin.
Dopamin, yang sering disebut sebagai zat kimia kebahagiaan, bertanggung jawab untuk menciptakan perasaan euforia dan kegembiraan yang kuat ketika seseorang sedang jatuh cinta. Pada tahap awal hubungan cinta, terjadi pelepasan dopamin yang tinggi di otak, yang menghasilkan perasaan euforia dan kebahagiaan yang intens. Namun, efek ini tidak bertahan selamanya.
Penelitian menunjukkan bahwa perasaan jatuh cinta yang intens umumnya hanya bertahan selama periode tertentu, khususnya sekitar satu hingga tiga tahun. Setelah periode tersebut, tingkat dopamin dalam otak cenderung stabil kembali ke tingkat yang lebih normal, yang dapat menyebabkan perubahan dalam intensitas dan karakteristik perasaan cinta yang dirasakan.
"Vay ... dia keren juga."
"Siapa?"
"Panca."
"Panca yang kemarin lo ledekin botak itu? Panca yang kata lo nggak ada yang hebat dari dia? Panca yang kata lo cuma sok-sokan cuek biar dikata beda dari yang lainnya?"
Sudut-sudut bibirku terangkat sempurna, aku ingat betul ketika aku dengan kurang ajar menilai dirinya hanya dari luar. "Bukan yang itu, ini panca yang keren, manis, luar biasa, spektakuler, dan aku rasa aku ...."
"Suka sama dia?"